Tuesday, 23 April 2024
HomeBeritaIni Kata Pakar Corona RI Saat WHO Menyebut Semprot Jalan Pakai Disinfektan...

Ini Kata Pakar Corona RI Saat WHO Menyebut Semprot Jalan Pakai Disinfektan Konyol

BOGORDAILY – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai penyemprotan jalan dengan disinfektan adalah cara konyol untuk menghindari penularan virus Corona. Pakar virus Corona Pemerintah RI memahami bahwa penyemprotan jalan dengan disinfektan tidak disarankan WHO.

“Penyemprotan jalanan dengan disinfektan memang tidak direkomendasikan WHO,” kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, kepada detikcom, Rabu (8/4/2020).

Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) ini menjelaskan, penularan COVID-19 adalah melalui cairan hidung dan mulut (droplet) orang yang terinfeksi, melompat lewat bersin dan batuk, masuk ke hidung, mulut, atau mata orang yang sehat. Droplet yang mengandung virus Corona (SARS-CoV-2) bisa pula berada di permukaan benda dan disentuh oleh orang yang sehat, kemudian orang yang sehat tersebut tertular COVID-19 karena tangannya yang terkena droplet itu dia gunakan untuk menyentuh mulut, hidung, atau matanya.

“Masa kita pegang aspal kemudian kita pegang mata? Kan tidak. Yang sering dipegang adalah gagang pintu, kunci, ponsel, lantai untuk beraktivitas, hingga permukaan lantai masjid misalnya,” kata Wiku.

Penyemprotan cairan disinfektan di jalanan bisa menyebar ke mana-mana, termasuk mengenai masyarakat. WHO sendiri tidak merekomendasikan cairan disinfektan digunakan langsung ke tubuh manusia karena bisa mengganggu kesehatan. Bukan tidak mungkin, zat yang terkandung dalam disinfektan masuk ke saluran penapasan manusia.

“Alih-alih ingin membunuh virus, yang terkena malah justru manusianya itu sendiri, menimbulkan masalah lain,” kata Wiku.

Fasilitas umum di Padang, Sumatera Barat, disemprot disinfektan. Penyemprotan dilakukan guna mencegah penyebaran virus corona.

Bila disinfektan disemprot di jalanan secara berlebihan, mikroorganisme lain yang menyusun keseimbangan ekosistem juga berpotensi terganggu. Bila ekosistem terganggu, maka pada akhirnya manusia juga bisa rugi. Penggunaan disinfektan untuk sterilisasi permukaan dari SARS-CoV-2 tak perlu sampai di aspal jalan, melainkan cukup di benda-benda yang sering disentuh manusia.

“Memang kita harus melindungi manusia, tapi cara pakainya bukan dengan cara disemprot di jalan. Apa yang perlu disemprot disinfektan? Yakni permukaan meja, pegangan tangan, tombol lift, tombol ATM, pegangan kursi, disemprot kemudian dilap. Kalau di lantai, maka dipel dan dikeringkan,” tutur Wiku.

Alangkah lebih baik apabila penyemprotan jalanan menggunakan disinfektan dialihkan ke pembuatan tempat cuci tangan di banyak titik, serta penggencaran pengadaan masker buatan sendiri. Mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker merupakan dua langkah penting yang lebih efektif menghindarkan masyarakat dari virus Corona, ketimbang menyemprot jalanan dengan disinfektan.

“Lebih baik bikin tempat cuci tangan umum di semua tempat sehingga banyak orang bisa cuci tangan dengan mudah. Itu yang utama. Juga, kalau semua orang pakai masker maka jalan penularan virus akan tertutup, karena jalan penularannya lewat mulut, hidung, dan mata,” kata Wiku.

Penyemprotan disinfektan di jalanan dan lingkungan luar ruangan memang bukan fenomena Indonesia saja. Di India, Meksiko, hingga Turki juga demikian. Penyemprotan jalanan menggunakan disinfektan dinilai WHO tidak ada gunanya.

“Yang jelas, itu adalah hal yang tidak kami rekomendasikan. Kami tidak percaya orang-orang tertular virus dari permukaan tanah (jalanan -red),” kata Kepala Jaringan Wabah dan Tanggap Darurat Global WHO, Dale Fisher, sebagaimana diunggah DW News di akun YouTube, Kamis (2/4).

Petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran dan BPBD Kota Tangerang dengan mobil pemadam melakukan penyemprotan cairan disinfektan terhadap ruang udara dan rambu lalulintas di Jalan Raya Daan Mogot, Tangerang, Banten, Jumat (20/3/2020). Penyemprotan dilakukan untuk meminimalisir penyebaran COVID-19 di ruang udara dan ruas jalan yang menghubungan dua provinsi yakni Jakarta dengan Banten. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/foc.

Dilansir Reuters, Fisher bahkan menganggap langkah penyemprotan jalanan dengan disinfektan bisa berisiko merugikan kesehatan masyarakat, membuang waktu, dan menghamburkan sumber daya. “Itu adalah sebuah gambaran konyol di banyak negara,” kata Fisher yang juga ahli penyakit menular, Selasa (31/3).

Peneliti dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) China, Zhang Liubo, bahkan mewanti-wanti masyarakat supaya tidak kelewat kerajingan main semprot disinfektan. Soalnya, cairan disinfektan bisa berbahaya bagi manusia bila kelewat banyak masuk ke tubuh.

“Permukaan di luar ruangan, seperti jalanan, tempat lapang, rerumputan, jangan sering-sering disemprot dengan disinfektan… Menyemprot disinfektan dalam area yang luas dan terus-terusan bisa bikin polusi lingkungan dan harus dihindari,” kata Zhang Liubo, dilansir Science dari siaran televisi CCTV China.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here