Sunday, 24 November 2024
HomeKabupaten BogorKuncinya di Jabodetabek

Kuncinya di Jabodetabek

Oleh: Hj. Ade Yasin, SH, MH

Belum ada ahli yang bisa memastikan kapan coronavirus bisa ditaklukkan.Yang pasti, dokter dan perawat kita sudah kewalahan. Jumlah dokter per 1.000 penduduk di Indonesia hanya 0,4. Itu cuma separuh dari India (0,8), seperlima dari Brazil (2,1) dan China (1,8). Juga jauh lebih kecil ketimbang Thailand (0,8), Vietnam (0,8), serta Malaysia (1,5).

Di Kabupaten Bogor, jumlah dokter hanya 2.238 yang terdiri dari 823 dokter umum, 345 dokter spesialis dan 139 dokter gigi. Sementara dokter paru tentu jauh lebih sedikit lagi. Angka ini sangat jauh dari ideal, mengingat jumlah penduduk yang berjumlah 5,8 juta jiwa. Jika dikalkulasi, maka satu orang dokter di Kabupaten Bogor harus menangani 2.500 orang.

Masalah semakin pelik karena persebaran dokter, perawat, puskesmas dan tempat tidur di rumah sakit juga tidak merata. Peralatan mereka juga terbatas sehingga amat rentan terserang virus mematikan itu.

Sementara Jakarta adalah episentrum wabah coronavirus di Indonesia. Sekitar separuh kasus dan jumlah kematian disumbang oleh Jakarta. Jika pusat episentrum diperluas dengan memasukkan kota/kabupaten di sekitar Jakarta atau Jabodetabek, porsinya mencapai sekitar 70 persen.

Oleh karena itu, keberhasilan mengendalikan penyebaran secara nasional sangat bergantung pada penanganan di Jabodetabek. Teramat berat rasanya kalau diserahkan kepada masing-masing kepala daerah saja. Apalagi kami tidak diberikan kewenangan penuh karena banyak terbentur aturan di pusat.

Sebagai contoh permintaan kami agar Kementerian Perhubungan menghentikan sementara pengoperasian KRL Jabodetabek tidak dikabulkan. Padahal catatan Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten Bogor, wilayah dengan jumlah warga paling banyak terinfeksi yaitu zona merah yang terdapat stasiun KRL, seperti Kecamatan Cibinong dan Bojonggede.

Selain itu, selama pemantauan PSBB di Stasiun Bojong Gede, Senin (19/4/2020), kami masih mendapatkan warga yang berangkat kerja ke Jakarta. Padahal sesuai aturan PSBB, perusahaan pada sektor yang tidak dikecualikan harus menerapkan bekerja di rumah.

Memang dari pantauan kami terdapat penurunan penumpang KRL sebanyak 24 %. Namun aturan physical distancing masih banyak yang tidak mematuhi. Jika terpaksa tetap menggunakan KRL, maka kami minta penumpang untuk disiplin menjaga jarak, memakai masker, pakai sarung tangan atau membawa hand sanitizer.

Kunci untuk menjinakkan wabah coronavirus di antaranya dengan menjaga jarak, memakai masker dan berdiam diri di rumah. Jika itu tidak dilakukan, Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB ini akan mubazir dan berkepanjangan, sehingga ongkos sosial dan ekonominya maka tak tergantikan. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here