Saturday, 23 November 2024
HomeBeritaPeneliti Ungkap Obat COVID-19 Bakal Muncul Lebih Dahulu Dibanding Vaksin

Peneliti Ungkap Obat COVID-19 Bakal Muncul Lebih Dahulu Dibanding Vaksin

BOGORDAILY – Saat ini berbagai lembanga kesehatan berlomba mencari cara mengobati COVID-19. Penelii mengungkap bahwa pengobatan terhadap penyakit ini disebut bakal tersedia lebih dahulu dibanding vaksinnya.

Peneliti dan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengatakan bahwa kemungkinan, obat untuk perawatan pasien COVID-19 akan ditemukan lebih dahulu sebelum vaksin.

“Obat mungkin ya. Karena kan sekarang dikembangkan dari obat yang sudah ada jadi bukan pengembangan obat baru. Kalau pengembangan obat baru pasti lama sekali,” kata Amin ketika dihubungi Health Liputan6.com.

Amin mengatakan, pengobatan yang sudah ada sebelumnya terus diteliti untuk mencari tahu mana yang paling baik dalam perawatan pasien COVID-19.

Sementara itu terkait vaksin, Amin mengatakan kemungkinan waktu untuk penemuannya akan lebih lama dibandingkan obat. Dia mengatakan tidak mungkin vaksin untuk SARS-CoV-2 akan selesai hanya dalam enam bulan saja.

Pengobatan Bantu Kurangi Beban RS

Meski tak mengurangi jumlah kasus secara keseluruhan, Amin mengatakan bahwa apabila obat ditemukan, kemungkinan pasien yang dirawat di rumah sakit akan berkurang sehingga beban pada pelayanan kesehatan bisa berkurang.

“Kita harapkan ke depannya obat-obat sudah lebih banyak yang ditemukan, sistem pengobatannya sudah lebih baik di rumah sakit, fasilitasnya sudah tersedia dengan baik, mungkin ada vaksin atau pendekatan lain yang sudah dikembangkan, sehingga jumlah orang sakit yang dirawat di rumah sakit akan menurun,” ujarnya.

Indonesia sendiri dikabarkan melakukan beberapa studi untuk terus mencari obat yang tepat bagi pasien COVID-19. Salah satu yang terbaru adalah penggunaan transfusi plasma darah dari penyintas virus corona kepada mereka yang mengalami gejala berat dari SARS-CoV-2.

Kerja sama tersebut dilakukan oleh LBM Eijkman dengan Palang Merah Indonesia. Terapi serupa juga telah diuji coba di beberapa negara lain seperti Tiongkok dan Amerika Serikat. Amin mengatakan bahwa dengan cara ini, diharapkan plasma darah penyintas akan membantu memerangi virus corona dalam tubuh pasien COVID-19 yang belum dinyatakan sembuh dan dalam kondisi berat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here