BOGORDAILY – Usaha kuliner Ruben Onsu sedang hangat diperbincangkan. Pasalnya, Geprek Bensu kalah di pengadilan melawan I Am Geprek Bensu soal perebutan hak nama Bensu.
Lantas, bagaimana sih sebenarnya perjuangan Ruben Onsu membangun usaha ayam gepreknya tersebut?
Adik Ruben Onsu, Jordi Onsu bercerita bagaimana awal mula perusahaan kuliner itu berdiri. Kecintaannya pada makanan Indonesia sangat kuat hingga akhirnya bisa berdiri sampai sejauh ini.
“Kalau merek ayam asing aja bisa punya ratusan bahkan ribuan gerai, merek Indonesia kenapa nggak,” kata Jordi Onsu di Jakarta, Jumat (19/6/2020).
“Kita hidup, tinggal, tumbuh, berdampingan dengan selera masyarakat Indonesia. Jadi ngapain jual makanan bule,” ujar Jordi Onsu.
|
Tiga tahun berdiri, Geprek Bensu sudah mengantongi predikat Top 20 Indonesia Rising Star Brands pada tahun 2019. Tak hanya itu, Geprek Bensu juga menjadi 1 dari 25 Fast Non Public Companies yang masuk dalam Most Hundred Brand Indonesia yang dirilis Majalah SWA.
“Tentu pengakuan ini harus disyukuri dan dijadikan penyemangat untuk meraih mimpi lain yang lebih tinggi,” ungkapnya.
Jordi Onsu sadar, usaha ayam gepreknya tersebut bukanlah yang pertama. Namun ia bisa pastikan bahwa Geprek Bensu adalah yang pertama memperkenalkan kuliner Indonesia itu ke Mancanegara.
“Kami sendiri bukan pioner dalam mempopulerkan ayam geprek. Tapi kalau yang pertama kali menyebarluaskan ayam geprek hingga terkenal ke seluruh Indonesia hingga menjadi trend, itu memang kami. Kita sempat memberi apresiasi pada Bu Rum, penjual ayam geprek di Yogyakarta karena memang beliau salah satu sumber inspirasi kita,” kata pria 27 tahun itu.
Kini, usaha yang bernaung di bawah PT Onsu Pangan Perkasa itu sudah memiliki 157 outlet, termasuk di Hong Kong dan Kuala Lumpur. Jordi Onsu mengakui, sukses usaha kuliner lokal yang dijalani tidak lepas dari nama besar sang kakak, Ruben Onsu. Maka sejak awal, Jordi dan partner kerjanya sepakat menjadikan Ruben sebagai brand ambassador dengan menyertakan nama Bensu dalam usahanya.
“Dulu banyak orang ngantri karena menunggu sambal yang diulek. Seiring waktu berjalan akhirnya sambal ditumbuk dengan alu kayu dalam lumpang batu. Kalau ingat dulu, tangan saya sampai panas karena keseringan ngulek sambal,” kenang aktor yang pernah terlibat dalam Film Tendangan dari Langit itu.