BOGOR DAILY- pakar ekonomi Rizal Ramli punya pandangan tersendiri soal era Jokowi di periode kedua ini. Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI ke-75, Rizal mengkritik soal keberadaan buzzer yanh dianggapnya sengaja dihidupkan.
ADVERTISEMENT
“Jadi otoriter itu bukan dalam konteks tangkap-menangkap doang, atau mengurangi hak orang berbicara, tapi dengan cara-cara pakai buzzer dan influencer dia membajak demokrasi, menurunkan kualitas demokrasi, karena pada dasarnya mereka sampah demokrasi,” ujar Rizal.
Menurit politikus kawakan ini, dalam sistem demokrasi yang berjalan baik, terdapat saluran untuk menyampaikan aspirasi maupun perbedaan pendapat, yakni melalui Dewan Perwakilan Rakyat, kemudian memanggil pemerintah untuk membahasnya.
Sayang, Razal menilai kalau saluran demokrasi tersebut malah mandek. Fungsi pengawasan lembaga legislatif terhadap eksekutif tak berjalan.
“Kalau saluran demokrasi mandek, karena ini direkayasa semua untuk mendukung kekuasaan, itu sangat berbahaya sekali,” kata aktivis mahasiswa 1978 yang pernah dipenjara 1,5 tahun oleh rezim Orde Baru ini.
Rizal juga menyoroti penggunaan buzzer dan influencer yang dinilai ikut bertanggung jawab atas perpecahan di tengah masyarakat Indonesia. Pertentangan sosial begitu tajam hingga ke level akar rumput sejak ajang Pemilihan Presiden 2014 silam.
Perdebatan yang dibangun buzzer bukan lagi soal ide atau pikiran, melainkan menghancurkan karakter orang yang menyampaikan kritik. Akibatnya kualitas perdebatan dalam wacana publik semakin rendah. Para tokoh pun enggan menghadapi serangan buzzer.
Dalam kehidupan demokrasi, kata Rizal, ide seharusnya dilawan dengan ide, bukan melancarkan serangan personal. (sumber: CNN indonesia)