Friday, 26 April 2024
HomeKota BogorGawat! Survei Dinkes: Hanya 15 Persen Warga Kota Bogor yang Percaya Corona

Gawat! Survei Dinkes: Hanya 15 Persen Warga Kota Bogor yang Percaya Corona

BOGOR DAILY- Virus corona telah menjadi pandemi dan sudah 6 bulan menjangkiti Indonesia. Namun, masih banyak warga yang tak percaya bahwa corona benar-benar ada.

Inisiator platform edukasi COVID-19 @pandemictalks, Firdza Radiany, mencontohkan masih banyaknya warga Kota Bogor yang menganggap corona hoaks. Ia menyebut berdasarkan survei Dinas Kesehatan Kota Bogor, hanya sebesar 15 persen warga yang mempercayai bahwa corona benar-benar ada.

“Ini agak mengkhawatirkan, Kota Bogor menyebutkan hanya 15 persen warga Bogor yang percaya COVID-19 itu ada. Selebihnya itu ragu-ragu dan tidak percaya,” ujar Firdza dalam diskusi bertajuk ‘Klaster Keluarga dan Cara Menanganinya' yang digelar Satgas Penanganan COVID-19 pada Senin (7/9).

Akibatnya, kata Firdza, penyebaran corona di Kota Bogor kian masif setiap harinya.
Adapun saat ini Kota Bogor menjadi zona merah atau risiko tinggi penularan corona dengan jumlah total kasus positif sebanyak 756 pasien. Dari jumlah itu, 459 orang di antaranya sembuh dan 33 meninggal dunia.

Firdza menyebut, penularan corona di Kota Bogor mayoritas berasal dari keluarga sebanyak 48 klaster.

“Jadi penyebab utama total kasus di Bogor ini 34,7 persen dari klaster keluarga ternyata. Dianalisa oleh tim Bogor ternyata ini aktivitas keluar masuk Kota Bogor. Mostly (mayoritas) yang terdampak adalah lansia dan anak-anak,” ucapnya.

Untuk itu, Firdza menyatakan sebaiknya para orang tua dan anak-anak di rumah saja. Selain itu, setiap rumah harus memperhatikan prinsip ventilasi-durasi-jarak dalam mencegah penularan.

“Ventilasi di rumah itu harus lancar sirkulasi udaranya, udaranya bisa dibuka, jendela bisa dibuka. Durasi, sediakan kamar terpisah jika ada anggota keluarga yang harus bekerja di luar rumah, kurangi interaksinya dengan anggota yang rentan. Misal di rumah ada kamar lebih dari satu, si bapak dan ibu yang bekerja di luar ini harus diisolasi, dalam ruang terpisah,” ucapnya.

“Jarak, jika ada yang bekerja di luar, diharapkan dimungkinkan menjaga social distancing menggunakan masker bahkan di dalam rumah,” tutupnya.

Sumber: Kumparan.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here