Sunday, 12 May 2024
HomeBeritaGantikan Ade Syarif, Ini Profil Lengkap Sekda Kota Bogor Syarifah Sopiah

Gantikan Ade Syarif, Ini Profil Lengkap Sekda Kota Bogor Syarifah Sopiah

BOGRO DAILY- Wali Kota Bogor Bima Arya mengumumkan nama Syarifah Sofiah Dwikorawati sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor baru pengganti Ade Sarip Hidayat yang memasuki masa pensiun. Syarifah disebut-sebut sebagai sekda perempuan pertama di Kota Bogor. Lalu seperti apa sosoknya?
Ibu satu anak ini lahir pada 10 November 1964 dan besar di Kota Bogor. Syarifah juga tercatat sebagai alumni SD Pengadilan 1 Kota Bogor, SMP Negeri 4 Kota Bogor, dan SMA Negeri 2 Kota Bogor.

Kemudian Syarifah melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, yakni S1 Sarjana Perikanan IPB, S2 Magister Saint Ilmu Pengelolaan dan Sumber Daya Alam di IPB, dan S3 Doktor Ilmu Pengelolaan dan Sumber Daya Alam di IPB.

Ia juga pernah mengikuti berbagai macam pendidikan informal, baik di dalam maupun luar negeri. Tiga kursus terakhir yang diikuti Syarifah adalah Regional Economic Development Strategy University of California di Los Angeles, Amerika Serikat pada 2017, Participated in the Knowledge Co-Creation Program (Country Focus) di Jepang pada 2018, dan Urban Management and Local Development di Rotterdam, Belanda pada 2018.

Kini Syarifah Sofiah akan dilantik sebagai pada Kamis, 1 Oktober 2020 oleh Bima Arya. Bima menyebut terpilihnya Syarifah sebagai Sekda merupakan babak baru bagi Kota Bogor dan juga Kabupaten Bogor.

“Setelah melalui proses yang cukup panjang, proses pengujian, assesment di Pansel, kemudian secara pribadi saya melakukan pendalam tentang rekam jejak, mempertimbangkan banyak hal, berdiskusi banyak hal dengan Pak Wakil, Pak Sekda dengan teman-teman birokrat dan media, saya ingin sampaikan Insyaallah besok (1 Oktober 2020) Kota Bogor akan memiliki Sekda perempuan pertama, yakni DR. Ir. Syarifah,” ungkap Bima Arya dalam keterangan resminya, Kamis (1/10/2020).

“Ibu Syarifah adalah birokrat senior. Insyaallah akan banyak persoalan-persoalan yang selama ini belum tuntas, akan tuntas. Sebagian besar persoalan Kota Bogor Insyaallah akan terakselerasi solusinya ketika koordinasi menjadi lebih baik,” imbuh Bima.

Sementara itu, Ketua Panitia Seleksi yang juga menjabat sebagai Asisten Deputi Standardisasi Jabatan dan Pengembangan Karier SDM Aparatur pada Kemenpan-RB Aba Subagja mengatakan tahapan seleksi berlangsung secara transparan, kompetitif dan sesuai prosedur serta ketentuan yang berlaku.

“Seleksi ada beberapa tahapan, tapi memang keputusan akhir ada di tangan Pak Wali dan itu sudah tidak bisa diganggu gugat. (dari tiga besar nama hasil seleksi Pansel) walaupun Pak Wali mau pilih nomor satu, dua dan tiga itu bisa saja dan dijamin oleh Undang-Undang,” kata Aba.

“Jadi, artinya proses ini sudah sesuai Undang-Undang, kemudian proses penggalian kompetensi. Inilah hasil akhirnya. Saya kira nanti Bu Syarifah bisa melaksanakan pengalaman yang dimiliki, apalagi background-nya itu perencanaan pembangunan dan jabatan lain,” tambahnya.

Sekadar informasi, susunan tim Pansel terdiri dari unsur pemerintah, akademisi, dan profesional. Selain Aba Subagja, ada juga Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini, Kepala Pusat Pengembangan Kepegawaian ASN pada Badan Kepegawaian Negara Ahmad Jalis, Rektor IPB Arif Satria, Asisten Pemerintahan, Hukum dan Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Barat Rd. Dewi Sartika, Direktur Evaluasi Kinerja dan Peningkatan Kapasitas Daerah pada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Drajat Wisnu Setyawan dan profesional di bidang Pelayanan Publik Mochamad Mustafa.

Kata Pengamat

Pengamat Kebijakan Publik sekaligus Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Yusfitriadi menilai Syarifah Sofiah Dwikorawati merupakan sosok yang tepat sebagai karena sudah membuktikan perannya di sejumlah jabatan.

“Dia sebelumnya adalah Kepala Bappeda yang menjadi dapur dari desain, perencanaan program-program pemerintah. Itu dapurnya adalah Bappeda. Jadi yang meracik berbagai macam program kinerja Pemda adalah Bappeda. Makanya kemudian pengalaman itulah yang bisa dijadikan sebagai rujukan bagaimana Bu Syarifah pas untuk masuk di ,” kata Yus.

Yus menyatakan ada tiga hal yang harus diseimbangkan oleh sosok Sekda, yakni visi dan misi Pemerintah Kota Bogor yang dikomandani oleh Bima Arya dan Dedie Rachim, karakteristik orientasi politik dari Bima-Dedie, dan implementasi visi dan misi oleh SKPD.

“Inilah yang kemudian yang harus diseimbangkan oleh Sekda. Karena Sekda tidak hanya sekadar fungsi koordinasi dengan SKPD tapi juga harus mempunyai fungsi penyeimbang antara visi dan misi wali kota dan wakil wali kota yang kemudian dijadikan visi misi Kota Bogor dengan implementasi dari leading sector-nya adalah SKPD untuk melaksanakan kinerja-kinerja program pemerintah yang akan dikerjakan untuk kepentingan kemaslahatan warga Kota Bogor,” ujarnya.

“Ketika berangkat dari situ maka kemudian membutuhkan Sekda yang tidak hanya prestisius dilihat dalam perspektif administratif atau portofolio. Tapi juga orang yang mempunyai daya imbang itu. Kalau portofolio saya pikir relatif mudah, apalagi sifatnya administratif,” tandasnya.

Syarifah, kata Yus, juga harus mensubstantifkan berbagai macam agenda Bima Arya yang akan diimplementasikan oleh SKPD dan juga harus menata relasi antara pemerintah daerah dalam hal ini eksekutif dan legislatif

“Karena memang harmonisasi relasi antara eksekutif dengan legislatif itu penting. Bahkan legislatif punya banyak peran, peran pengawasan, budgeting, legislasi, itu berhubungan erat dengan eksekutif,” ujarnya.

“Sehingga kalau kemudian disharmonis maka tentu program-program Pemerintah Kota Bogor dengan mimpi-mimpinya Bima Arya itu akan terkendala. Bu Syarifah punya kans untuk menyeimbangkan itu dan menata kelola itu,” terang dia.

Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini mengapresiasi seluruh proses seleksi yang berjalan sebagaimana mestinya. Bibin berharap Sekda terpilih juga harus memiliki strategi komunikasi yang baik, paham tugas pokok.

“Saya lihat ini juga baik ya. Pak Wali punya pertimbangan masa depan yang lebih objektif. Jadi pedoman-pedoman itu yang mungkin beliau ambil. Semua (kandidat) ini terbaik, dan yang beliau pilih itu untuk kebaikan Kota Bogor ke depan,” ujar Bibin.

“Pribadi seorang Sekda juga harus bisa menjadi motor penggerak akselerasi mencapai visi dan misi Kota Bogor itu sendiri. Kalau menurut saya bukan hanya soal latar belakang pendidikan, tapi pengalaman seorang pilot dan supir itu kalau ditempa dengan kesulitan itu akan lebih baik. Jam terbang akan bicara,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here