BOGOR DAILY- Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan klaster keluarga merupakan klaster terbanyak di Kota Bogor. Menurutnya, ada 277 keluarga yang terjangkit virus Corona.
“Berdasarkan data, klaster keluarga di Kota Bogor menempati peringkat utama. Sampai saat ini ada 277 keluarga dengan kasus positif 170,” kata Bima di acara Kampanye Nasional dan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia yang disiarkan di YouTube Kementerian Kesehatan, Kamis (15/10/2020).
Bima mengatakan dari klaster keluarga itu sebagian besar terpapar karena ada anggota keluarganya yang keluar dari rumah, ke luar kota, maupun ke tempat kerja. Lebih lanjut Pemprov Bogor melakukan survei bersama Lapor COVID-19 dan Nanyang Technological University untuk melihat apakah warga telah melakukan jaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker.
“Hasilnya menarik, ternyata warga paling susah jaga jarak, paling mengaku sering pakai masker, di tengah-tengahnya cuci tangan. Jadi lebih sering warga pakai masker dibanding cuci tangan. Ada sekitar 30 persen warga yang mengaku selalu cuci tangan dan ada sekitar 50 persen yang mengaku selalu cuci tangan, ada 8 persen warga yang mengaku jarang cuci tangan,” kata Bima.
Dari survei tersebut, Bima mengaku khawatir karena ada 30 persen yang mengaku selalu mencuci tangan, 50 persen warga mengaku sering mencuci tangan, dan sisanya jarang atau kadang-kadang. Padahal mestinya, menurut Bima, 80 persen warga selalu mencuci tangan sehingga perlu diedukasi lebih lanjut tentang cuci tangan.
“Selain dinas yang digerakkan, camat-lurah turun ke lapangan membentuk Tim Merpati, yang fokusnya lakukan fungsi edukasi karena warga dari data-data tadi ternyata masih perlu dijangkau, dicerahkan, dilakukan fungsi edukasi,” katanya.
Tak hanya itu, Bima mengatakan ada 16 persen warga mempercayai teori konspirasi bahwa COVID-19 buatan manusia, ada 29 persen mengaku tak percaya konspirasi, tapi 50 persen mengaku antara mempercayai atau tidak. Berdasarkan data tersebut Bima menyebut menunjukkan perlu edukasi lebih maksimal.
Bima mengatakan Pemprov Bogor telah menyediakan fasilitas cuci tangan di tempat yang berpotensi kerumunan. Rinciannya, Pemprov Bogor telah membangun 2.584 fasilitas cuci tangan di sekolah 446, di masjid 900, posyandu hampir 1.000, taman, dan perpustakaan.
“Jadi kata kuncinya ada 2. Pertama adalah kultur, kebiasaan yang dibangun melalui sosialisasi, edukasi, dan infrastruktur yang digencarkan pembangunannya, pemasangannya di titik-titik yang betul-betul memerlukan perhatian protokol kesehatan,” ungkapnya.