BOGOR DAILY – Mesin Pengendus Corona Made In Indonesia telah lahir. Adalah Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terus mengembangkan alat GeNose atau Teknologi Pengendus COVID-19. Alat ini diklaim mampu mendeteksi virus corona dalam waktu 80 detik dengan harga alat yang hanya Rp 40 juta untuk 100 ribu tes.
Dian Kesumapramudya Nurputra, dosen FKKMK UGM yang juga anggota tim peneliti GeNose, menjelaskan untuk tes ini setiap satu orang hanya perlu mengeluarkan uang Rp 15 ribu. Uang itu untuk kantung plastik alat penampung napas.
Dian menjelaskan saat ini pihaknya masih memakai plastik di pasaran dengan harga satuannya Rp 40 ribu. Pihaknya saat ini akan menggandeng sebuah perusahaan agar harga plastik ini bisa ditekan.
“Di sini kita ada Pak Petrus dari PT YPTI, beliau yang sudah ahlinya yang sudah kita minta untuk mendesain plastik penampungnya khusus tidak mempengaruhi sensor dan limbah bisa minimal,” kata Dian ditemui di Kepatihan Pemda DIY, Senin (12/10).
“Kalau pakai plastik sekarang per orang Rp 40 ribu. Dengan desain Pak Petrus bisa Rp 10 ribu pemeriksaan, bisa Rp 15 ribulah,” katanya.
Dian mengakui banyak pihak menyangsikan keandalan alat itu. Namun, menurut Dian, hal tersebut bukanlah masalah. Skeptis merupakan budaya para ilmuwan dan akademisi dalam merespons penemuan baru.
“Nah, bukti (keakuratan) yang sekarang kita kumpulkan melalui uji diagnosis itu yang nanti menjawab semua sangsi dari beliau-beliau. Bukti itu tidak hanya bukti klaim, tapi ditulis dan dipresentasikan di jurnal internasional dan itu yang nantinya jadi pertanggungjawaban kami,” ujarnya.
Saat ini GeNose akan menuju uji diagnostik. Setelah uji diagnostik ini selesai, maka akan dipresentasikan ke Kementerian Kesehatan. Baru setelah itu produksi massal bisa dimulai. Perkiraannya produksi massal pada akhir November 2020.
“Pertengahan November mass production-nya sudah bisa mulai. Pertengahan November atau paling akhir November,” katanya.
Sementara itu, Rektor UGM Panut Mulyono menjelaskan pihaknya hari ini menyampaikan perkembangan GeNose ini ke Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
“Ya itu sekarang dalam tahap uji klinis dan uji diagnosis dan menunggu izin edar dari Kemenkes. Tadi kita menyampaikan progres itu ke Ngarso Dalem untuk memohon doa restu dan dukungan. Agar alat ini bisa cepat beredar di masyarakat,” kata Panut.
GeNose singkatan dari Electronic-Nose. Penemunya menyebut GeNose terbilang mutakhir ketimbang alat tes lainnya. Karena untuk mendeteksi seseorang terjangkit atau tidak, dengan Genose dapat dilakukan hanya dengan melalui embusan napas.
GeNose itu diharapkan juga dapat membantu pemerintah untuk menghemat dana yang sejauh ini telah banyak dikeluarkan untuk memenuhi target tes PCR.(*)