Wednesday, 15 May 2024
HomeBeritaIni Kisaran Harga Vaksin RI

Ini Kisaran Harga Vaksin RI

BOGOR DAILY- Merah Putih dipastikan bakal lebih murah dari vaksin lain yang diimpor dari negara lain. Hal itu dikarenakan biaya riset dan pengembangannya sudah ditanggung pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan kemungkinan harganya tidak sampai US$ 5 atau Rp 71.000 per dosis (kurs Rp 14.200/US$).

“Kisaran harga sekarang masih susah lah karena masih jauh kita dari produk akhir. Tapi kalau kita pakai patokan US$ 5 ya harusnya di bawah US$ 5 per dosis,” kata Bambang saat bincang khusus dengan detikcom, Kamis (19/11/2020).

Nantinya, yang jadi faktor penentu Merah Putih hanya berdasarkan biaya produksi yang dikeluarkan oleh Bio Farma sebagai pembuat vaksin tersebut.

“Jadi nanti yang jadi faktor harga itu hanya biaya produksi di Bio Farma, baik untuk membuat di dalam botolnya, ditambah mungkin distribusi. Distribusi sudah ditanggung Kemenkes melalui APBN juga, jadi praktis hanya biaya produksi di Bio Farma plus mungkin margin untuk Bio Farma ya. Jadi logikanya lebih murah dari yang luar karena yang luar itu kan sudah memasukkan unsur mereka melakukan riset, uji klinis, yang mereka biaya sendiri,” ucapnya.

Bambang mengatakan akan menyerahkan bibit vaksin kepada Bio Farma pada Februari 2021 untuk dilakukan uji klinis kepada manusia. Setelah itu, Vaksin Merah Putih akan diproduksi paling cepat pada triwulan IV-2021.

“Kita harapkan bibit vaksinnya sudah bisa diserahkan 2021 awal dan produksinya bisa dilakukan paling lambat ya 2021 akhir karena antara menyerahkan bibit vaksin sampai ke produksi massal atau vaksinasi itu diperlukan waktu,” jelasnya.

Setelah diproduksi itu, vaksin bisa langsung disuntikkan ke masyarakat pada saat itu juga jika sudah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun Bambang menyebut tidak mau terburu-buru dalam hal pengadaan Vaksin Merah Putih, yang terpenting adalah memastikan keamanan dan keefektifan dari vaksin tersebut.

“Sebenarnya begitu diproduksi kan bisa langsung dipakai vaksinasi, yang penting kan izinnya keluar. Yang harus dipahami vaksin itu bukan adu cepat, vaksin itu justru adu efficacy-nya. Percuma kita buru-buru cari vaksin tapi nanti vaksinnya berisiko, atau vaksinnya tidak manjur, jadi bisa saja vaksinnya aman tapi tidak efektif, artinya tidak efektif daya tahan tubuh yang ditimbulkan oleh vaksin itu bisa efektifitasnya kurang atau jangka waktunya pendek,” ucapnya.

Saat ini Vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman, Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Airlangga sudah mencapai fase uji kepada hewan dan bakal diserahkan duluan ke Bio Farma. Dari 6 lembaga yang mengembangkan vaksin, tiga institusi itu yang paling cepat.

“Mereka bertiga ini tampaknya sudah relatif cukup maju dan kita harapkan bibit vaksinnya sudah bisa diserahkan 2021 awal. Khusus yang Eijkman karena itu langsung di bawah koordinasi kami, saat ini sedang persiapan untuk uji pra klinis di hewan dan targetnya Februari kita bisa serahkan bibit vaksin ke Bio Farma,” imbuhnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here