BOGOR DAILY – Perseteruan artis sensasional Nikita Mirzani vs Habib makin panas. Kini muncul gerakan pembela Nikita bernama Laskar Nikita Mirzani.
Mereka menggelar aksi di Bundaran HI, Jakarta, pada Sabtu (14/11) untuk menyuarakan dukungan bagi artis tersebut di tengah kisruh dengan pendukung pemimpin Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab.
Perwakilan Laskar Nikita Mirzani, Wawan Suwandi, mengatakan bahwa aksi menyalakan lilin itu digelar secara spontan. Ia mengatakan bahwa sikap Nikita dalam menyuarakan keresahan masyarakat patut diapresiasi.
“Dari melihat apa yang dilakukan seorang perempuan berani seperti itu mengundang simpatik yang besar. Kemudian dibalas oleh pihak sebelah dengan kekerasan itu mengundang aksi simpatik lagi,” kata Wawan seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Sabtu (14/11).
Ia kemudian berkata, “Tujuan aksi kita menyalakan lilin di Bundaran HI karena memang lilin itu menguatkan hati. Simbolnya seperti itu.”
Wawan mengungkapkan bahwa pihaknya tidak memiliki hubungan dengan Nikita. Ia menegaskan bahwa aksi ini murni sebagai bentuk solidaritas untuk menentang kekerasan terhadap perempuan.
Namun, ia tak bisa memastikan jumlah pasti orang yang akan bergabung dalam aksi malam ini.
“Kalau berapa orang jelas kita juga enggak tahu pasti karena posisinya abstrak, bukan organisasi. Jadi, siapa yang tertarik dengan getaran hatinya mendukung langkah-langkah NM [Nikita Mirzani] terus ada simpatik, ya, silakan saja datang,” katanya.
Nikita kembali menjadi perbincangan usai dituding menghina Rizieq atas kepulangannya ke Indonesia beberapa hari lalu. Dalam sebuah video yang viral, ia menyatakan Habib, gelar yang disematkan untuk Rizieq, adalah tukang obat.
Tak terima, sejumlah simpatisan Rizieq langsung mengecam pernyataan Nikita. Maaher At-Thuwailibi lewat unggahan videonya di Twitter bahkan mengatakan berencana mengerahkan 800 laskar untuk mengepung rumah Nikita.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) Novel Bamukmin menganggap penghinaan kepada pimpinan Rizieq oleh Nikita hanya upaya mencari sensasi. (*)