Friday, 19 April 2024
HomeBeritaMengenang Riyanto, Banser NU yang Selamatkan Umat Kristiani dari Bom Gereja saat...

Mengenang Riyanto, Banser NU yang Selamatkan Umat Kristiani dari Bom Gereja saat Natal

BOGOR DAILY – Tiap perayaan Natal, umat Kristen terutama di Mojokerto, selalu mengenang sosok Riyanto, pemuda Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama () yang tewas akibat mengevakuasi bom yang diletakkan oleh seseorang yang tak dikenal di Gereja Eben Haezer, Mojokerto.

Saat itu, Riyanto memeluk bom tersebut dan berlari keluar dari gereja. Ledakan terjadi dan para jemaaat selamat. Sementara tubuh Riyanto, hancur berkeping-keping.

Peristiwa itu sendiri terjadi pada tahun 2000, namun kepahlawanan Riyanto tetap membekas sampai sekarang. Ya, Rianto dianggap pahlawan karena berkat keberaniannya, ratusan umat Kristen yang sedang mengikuti Misa Natal selamat dari upaya pemboman gereja tersebut.

Untuk mengenang jasa Riyanto, puluhan anggota Banser Kota Kendari ikut berpartisipasi dalam pengamanan perayaan Natal 2020 di sejumlah gereja Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), baik malam Misa Natal maupun saat Misa Natal.

Kepala Satuan Koordinator Cabang Banser Kota Kendari, Senten Febrari Kadir Massa mengatakan, aksi mereka dilakukan untuk mengenang anggota almarhum Riyanto yang gugur sebagai pejuang kemanusiaan pada tragedi Natal Mojokerto tahun 2000.

“Banser Kendari tidak ingin tragedi Natal Mojokerto tahun 2000 silam terulang di lain lokasi. Di mana saat itu, Riyanto, anggota Banser Mojokerto, menjadi martir serangan teror bom di Gereja Eben Haezer Mojokerto,” katanya, seperti diberitakan Antara.

Senten mengaku aksi solidaritas pengamanan Natal yang dilakukan tersebut berdasarkan instruksi dan amanat Pimpinan Pusat GP Ansor – di Jakarta sebagai cara memelihara keberagaman bangsa.

Teknis di lapangan, kata Senten, pihaknya mengikut sepenuhnya kepada aturan dan tata cara yang ditetapkan aparat keamanan.

Menurutnya, apa yang dilakukan Banser tersebut sebagai salah satu sikap dan bentuk solidaritas Banser terhadap umat minoritas, yakni umat Nasrani.
Utamanya, dalam rangka meningkatkan kerukunan antar umat beragama di “Bumi Anoa” atau lebih khusus di “Kota Lulo” tersebut.

“Kami sebagai bawahan harus menjalankan instruksi itu apalagi perintah dari ulama-ulama sepuh di NU. Selain itu instruksi dari pusat, ada juga undangan dari pihak gereja,” katanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here