Wednesday, 24 April 2024
HomeBeritaAntara-Mbak You, Rizal Ramli, dan Jokowi

Antara-Mbak You, Rizal Ramli, dan Jokowi

BOGOR DAILY – PARANORMAL terkenal, Mbak You telah meramalkan pada medio November 2020 bahwa ada kejadian bencana alam, perceraian artis, kecelakaan pesawat, hingga pergantian Presiden di tahun 2021.

Kemudian, di awal tahun ini musibah jatuhnya Pesawat Sriwijaya di Kepulauan Seribu tak terelakkan, dan sebagian media-pun menyoroti ucapan yang pernah dilontarkan pemilik nama asli Euis Juwariyah Johana itu.

Saya-pun memastikan ucapannya itu melalui Youtube yang menyimpan jejak digital ucapan wanita berbadan sintal tersebut. Ada perkataan perempuan setengah baya itu yang membuat saya penasaran, terutama terkait panggung perpolitikan yang kian memanas hingga membuat penguasa terjungkal.

Jujur saja, hingga kini logika saya belum bisa terasuki penerawangan ahli nujum mana-pun. Namun, bila merujuk pada forecast begawan ekonomi terkait dengan ekonomi Indonesia di tahun 2021 dan dikorelasikan pada pengelihatan Mbak You soal penjarahan besar-besaran yang berdampak pada lengsernya Sang Penguasa sungguh masuk di akal juga sih.

Jauh sebelum wanita asal Salatiga, Jawa Tengah itu mengatakan bahwa kondisi ekonomi Tanah Air di tahun 2021 akan carut marut, sudah mengeluarkan forecast dengan kajian ilmiahnya.

Prediksi merujuk pada kondisi real perekonomian Indonesia yang mengalami perlambatan dan kemerosotan di dalam bidang ekonomi makro sudah terlihat jelas di awal 2020.

“Dengan adanya Covid 19, itu menjadi lebih parah lagi. Di awal semester tahun 2021 kita akan menghadapi kesulitan cash flow dan dampak dari krisis multi dimensi ini akan lebih gawat dibandingkan dengan pada tahun sebelum 1998,” tutur yang dilansir dari akun youtube fadli Zon official.

Tahun 1998, kata dia, krisis moneter karena kebanyakan utang, tetapi rakyat di luar Pulau Jawa malah senang. Karena, kata dia, petani karet, sawit dan coklat yang tadinya hanya dapat 1 dollar = Rp 3000 saat itu menjadi Rp15000.

“Mereka tentu menjadi makin makmur saat itu diluar pulau jawa pada krisis moneter 98. Walaupun didalam pulau Jawa sendiri mengalami kesulitan,” tuturnya.
Tapi kali ini sangat berbeda, di luar Jawa tidak ada lagi ekses kapasitas dan berbagai macam komoditi saat ini sedang menghadapi masalah. Akibatnya kata Rizal, kesulitan dihadapi rakyat baik yang di Pulau Jawa mau-pun yang berada di luar pulau Jawa.

“Sebagai contoh sederhana, 70 persen mahasiswa seluruh Indonesia itu tidak mampu membayar uang kuliah. Dan anehnya, soal begini saja pemerintah tidak mampu menyelesaikan,” ungkapnya.
Krisis kali ini menurutnya, lebih gawat dibanding krisis yang dialami Indonesia pada tahun 1998.

Ia menjelaskan, faktor yang mempengaruhi persoalan krisis kali ini cukup banyak, pertama persoalan utang.
“Kita sudah sampai pada titik dimana untuk bayar bunga utang saja, kita harus berutang lagi,” ujarnya.
Diperkirakan tahun 2021 bunga utang Indonesia sekitar Rp345 triliun dan untuk membayar bunga hutang itu dipastikan pemerintah akan kembali berutang sehingga akan terjadi negatif flow.

Persoalan kedua, tidak banyak yang memperhatikan pada bulan September pertumbuhan kredit itu negatif.
“Itu belum pernah terjadi sebelumnya sejak tahun 1998. Biasanya pertumbuhan kredit itu sebesar 15 hingga 18 persen. Kalau pertumbuhan ekonominya 6 persen,” jelasnya.

Tahun 2020 dari Januari hingga September, pertumbuhan kredit hanya berrkisar pada angka 3 persen sangat jauh dari yang diharapkan, bahkan pada September tercatat pertumbuhannya negatif.

Artinya kata Rizal, uang yang ada pada rakyat termanfaatkan untuk bayar utang, melalui mekanisme membeli Surat Utang Negara (SUN) dan mekanisme lainnya.
“Inilah yang memukul daya beli rakyat biasa,” tandas mantan Anggota Tim Panel Ekonomi PBB itu.

Amuk
Meski krisis ekonomi di tahun 1998 masih bisa diselamatkan, lantaran ekspor komoditas di luar Pulau Jawa meningkat, tetap saja kerusuhan yang berujung penjarahan tak bisa dihindarkan. Bahkan, Sang Diktator bertangan besi-pun menyerah dan terpaksa lengser dari singgasananya, karena amuk massa yang begitu masif dan tak terkendali.

Istilah amuck dalam bahasa Inggris justru diadopsi dari bahasa Indonesia. Padahal biasanya bahasa Indonesia yang banyak mengadopsi kata-kata dari bahasa Inggris. Jelas bahwa di mata orang Inggris (mungkin di jamannya Gubernur Jenderal Inggris Raffles) orang Indonesia suka mengamuk.

Perkiraan orang Inggris bahwa bangsa Indonesia adalah tukang mengamuk sudah terbukti. Setidaknya peristiwa kerusuhan Mei tahun 1998 menjadi salah satu bukti.

Selain itu, sejarah juga mencatat tentang pembantaian orang Cina di Batavia di awal tahun 1900-an, kerusuhan rasial di Jawa Barat tahun 1963, kerusuhan Jawa Tengah tahun 1980, rentetan amuk massa di Situbondo, Tasikmalaya, dan kota-kota lain di tahun 1996, dan kerusuhan-kerusuhan di Ambon dan Maluku Utara 1999 dan di tahun 2000 ini, hampir setiap hari ada massa mengamuk di mana saja dan kapan saja.

Sasarannya bisa macam-macam, dari lahan perkebunan sampai gedung DPR/DPRD, dari lokalisasi WTS sampai pos-polisi, dari orang terkenal sampai orang tak dikenal. Pokoknya di mana saja, apa saja dan siapa saja.

Dalam KBBI istilah amuk diartikan kerusuhan yang melibatkan banyak orang. Atau amuk bisa juga didefinisikan sebagai kemarahan secara kolektif. Lalu, mengapa kemarahan itu bisa muncul? Bila kita merujuk pada studi kasus kerusuhan tahun 1998, amuk muncul akibat rakyat miskin yang kehilangan harapan akibat sulitnya ekonomi dan tidak adanya peluang mencari kerja ibarat daun kering yang mudah tersulut api, sehingga mudah sekali terprovokasi meluapkan amarahnya.

Dari tanggal 13-15 Mei terjadi penjarahan dan huru-hara dari Makassar, Solo, Yogya, Medan, Jakarta hingga seantero Nusantara. Korban yang tercatat berjatuhan.

Kembali ke ramalan Mbak You di tahun silam bahwa konflik besar akan ada di 2021. “Konflik dan kejahatan atau hal yang menyangkut penjarahan akan ada di 2021. Penjarahan besar, ada politik memanas hingga pergantian presiden,” kata Mbak You.

Ia menjelaskan, ada upaya yang dilakukan pemerintah untuk meredam gejolak politik di tahun 2021 ini. Namun menurutnya, usaha yang dilakukan pemerintah tak akan maksimal.
Apakah ramalan itu benar terjadi? (Katta.id)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here