Bogordaily.net – Pasca banjir bandang di kawasan Gunung Mas Puncak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, ancaman bencana susulan masih mengancam wilayah Bogor.
Dari hasil kajian Badan Informasi Geospasial (BIG), ada tiga ancaman bencana yang perlu jadi perhatian serius pemerintah.
Koordinator Informasi Geospasial Tematik (IGT) Bidang Kebencanaan BIG Ferrari Pinem mengatakan, perlu adanya pemetaan terhadap potensi bencana alam di kemudian hari.
“Wilayah permukiman yang berdiri saat ini memiliki potensi ancaman dari satu atau lebih bencana geologi sehingga sangat berisiko,” kata Ferrari Pinem, Senin (25/1).
Dari hasil kaji cepat tim dari Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik (PPIT) BIG terkait banjir bandang di Kampung Gunung Mas, Bogor, dan memperhatikan Peta Kesesuaian Lahan Permukiman dengan Multirawan Bencana Geologi untuk Kabupaten Bogor.
BIG merekomendasikan pembenahan kembali terhadap wilayah-wilayah permukiman yang ada di Kabupaten Bogor terhadap kemungkinan terjadinya risiko bencana di masa datang.
Selain itu, BIG juga merekomendasikan dilakukan penguatan aspek mitigasi baik mitigasi secara struktural maupun non struktural.
Langkah yang paling ekstrem bisa dilakukan dengan melaksanakan proses relokasi terhadap wilayah yang memang secara alami sangat berisiko karena berada pada zona yang sangat berbahaya dan sulit untuk dilakukan upaya mitigasinya.
Dari peta multirawan bencana geologi, Ferrari menuturkan setidaknya ada tiga jenis bencana geologi yang perlu diantisipasi di daerah Kabupaten Bogor yaitu rawan bencana akan gunung api, gempa bumi dan gerakan tanah.
Dari ketiga jenis ancaman tersebut yang perlu diantisipasi adalah potensi gerakan tanah dimana masuk dalam zona menengah hingga tinggi.
Hasil analisa dari berbagai sumber data tematik menunjukkan bahwa wilayah terdampak banjir bandang di Kampung Gunung Mas, Bogor, perlu segera dipulihkan dan diperkuat untuk aspek mitigasinya terutama dalam penyediaan sistem peringatan dini (early warning) banjir bandang dan longsor.
“Itu dikarenakan wilayah tersebut secara alami berada pada wilayah outlet (keluaran) yang berupa jalur buangan material dan air dari daerah hulu di atasnya, sehingga dari sisi ekosistem wilayah itu berpotensi kembali untuk terjadi banjir bandang di masa datang,” katanya.
Berdasarkan hasil olahan data dengan membandingkan persyaratan peruntukan permukiman yang mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 dengan jenis ancaman bencana geologi yang ada didapatkan kesimpulan bahwa wilayah terdampak Kampung Gunung Mas memiliki peruntukan permukiman yang rendah.
Berdasarkan laporan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diketahui bahwa terjadi curah hujan dengan intensitas yang cukup tinggi dan durasi yang cukup lama. Intensitas hujan berada di kisaran 50-100 milimeter per hari yang masuk dalam kategori lebat.
Selain dari pola aliran dan kemiringan lereng, faktor morfometri DAS lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap kejadian banjir bandang di Gunung Mas adalah bentuk Sub DAS Cisampay, yaitu radial (bulat).***