Wednesday, 1 May 2024
HomeBeritaHari Libur Picu Peningkatan Angka Positif COVID-19

Hari Libur Picu Peningkatan Angka Positif COVID-19

Bogordaily.net Budi Gunadi Sadikin memberikan penjelasan terkait dengan kejadian peningkatan angka positivity rate COVID-19 sementara .

Menkes Budi Gunadi mengatakan terjadi kecenderungan penurunan jumlah test saat libur, berakibat pada kasus terkonfirmasi juga turun namun positivity rate nya naik.

Hari libur tanggal 1 – 2 Januari 2021 positivity rate nya tinggi dan tesnya relatif turun, begitupun hari libur tanggal 10 – 11 Januari 2021 jumlah tesnya turun kemudian positivity rate nya naik, lalu terulang kembali sehingga saat Imlek pun terjadi pola yang sama.

“Jadi setiap saat libur itu positivity rate nya memang naik, memang lonjakannya ada karena memang liburannya yang panjang,” katanya saat Konferensi Pers Virtual, Rabu 17 Februari 2021.

Dalam kondisi normal, angka positivity rate saat ini masih tinggi, Selasa 16 Februari 2021, mencapai 38,34 persen masih jauh dari standar WHO, dibawah 5 persen.

Setiap ada liburan panjang dan mobilitas manusia tinggi, akan terjadi kenaikan confirm case 30-40 persen, setelah 14 hari, Puncak kasus konfirmasi setelah libur panjang Natal dan tahun baru sudah terlampaui, sehingga confirm case turun.

Kemudian dilakukan pengetatan mobilitas melalui PPKM, sehingga menyebabkan kasus konfirmasi turun.

Crosscheck data terhadap jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit juga secara konsisten mengalami penurunan selama dua minggu terakhir.

“Kami mengambil kesimpulan, jumlah turunnya testing benar-benar disebabkan oleh libur, turunnya kasus konfirmasi dan turunnya pasien yang di rawat di rumah sakit, memang disebabkan secara fundamental laju penularan kasus berkurang, “ujar Menkes Budi Gunadi.

Puncak dari laju penularan libur Natal dan tahun baru telah tercapai dan dampak penerapan PPKM bisa membatasi pergerakan masyarakat sehingga mengurangi laju penularan.

Angka Positivity Rate merupakan salah satu indikator penting dalam penanganan pandem, terhitungnya Positivity rate dengan membandingkan jumlah orang yang positif dengan jumlah orang yang diperiksa.

Menkes menyampaikan tiga hipotesa terhadap kasus ini.

Budi menjelaskan Hipotesa pertama, banyak data mengenai hasil tes PCR yang hasilnya negatif belum langsung dikirim ke pusat sehingga data yang diterima itu lebih banyak data yang positif.

Kemudian dicek ke beberapa rumah sakit dan laboratorium penyebabnya adalah cara memasukkan data ke sistem dinilai rumit.

Akibatnya rumah sakit dan Lab lebih banyak memasukkan data positif dulu sementara data hasil negatif belum diinput.

“Sehingga menurut mereka yang penting adalah data positif agar bisa diisolasi, Itu yang mengakibatkan positivity rate nya naik,” katanya.

Kemenkes telah memperbaiki sistem tersebut sehingga akan memudahkan semua rumah sakit, semua fasilitas kesehatan untuk memasukkan laporan secara otomatis.

hipotesa kedua adalah memang kemungkinan kasus positif sudah lebih banyak sedangkan testingnya yang kurang.

Itu sebabnya untuk mencapai hipotesa ini pihaknya akan meningkatkan jumlah pemeriksaan sejalan dengan penerapan program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro menggunakan RDT Antigen untuk memperluas cakupan target pemeriksaan.

“sehingga lebih banyak mendeteksi kasus positif, sehingga dengan semakin luas cakupan target pemeriksaan, sehingga positivity rate yang ada lebih menggambarkan kondisi yang sesungguhnya”

Hipotesa ketiga adalah banyak Lab yang belum konsisten memasukkan laporannya.

Ia mengatakan perlu komunikasi yang baik dengan para peneliti COVID-19 di seluruh Indonesia untuk memastikan agar mereka disiplin dan memasukkan data yang lengkap, serta on time.

“Dengan demikian kita bisa melihat data positivity rate yang sebenarnya sehingga kita bisa mengambil keputusan dan kebijakan yang lebih tepat,”***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here