Bogordaily.net – Lebih dari 500 demonstran tewas sejak kudeta yang dilakukan oleh junta militer Myanmar pada 1 Februari 2021.
Mendengar kebar tersebut para pengunjuk rasa pun mengadakan aksi malam dengan cahaya lilin serta melakukan pembangkangan dengan membuang sampah ke jalan – jalan.
Dalam dua bulan setelah jatuhnya pemerintahan ke tangan junta militer, setidaknya 510 warga sipil telah tewas dalam upaya untuk menghentikan protes, kata kelompok advokasi AAPP.
Para demonstran pun membuat taktik baru untuk meningkatkan kampanye pembangkangan sipil pada hari Selasa, 30 Januari 2021 dengan meminta penduduk membuang sampah ke jalan-jalan di persimpangan jalan utama.
“Aksi mogok sampah ini adalah aksi menentang junta,” tulis sebuah poster di media sosial.
Langkah tersebut tentunya bertentangan dengan panggilan yang dikeluarkan melalui pengeras suara di beberapa lingkungan Yangon pada hari Senin 29 Maret 2021 yang mendesak penduduk untuk membuang sampah dengan benar.
Seorang warga South Dagon pada hari Selasa mengatakan bahwa lebih banyak tembakan terdengar di daerah itu semalam meningkatkan kekhawatiran lebih banyak korban.
Pasukan keamanan di daerah itu menembakkan senjata kaliber yang jauh lebih berat dari biasanya pada Senin, 29 Maret 2021 untuk membersihkan barikade kantong pasir, namun tidak segera jelas jenis senjata apa yang digunakan.
Di hari Senin itu pula ada 14 warga sipil yang tewas di Myanmar, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan setidaknya delapan orang berada di distrik Dagon Selatan di Yangon.
Sejak kudeta 1 Februari 2021 total korban tewas menjadi lebih dari 440 ketika militer mencoba memaksakan otoritasnya dan ribuan orang telah ditahan di bawah junta.
Pada Selasa 16 Maret 2021 sebanyak 74 demonstran tewas dalam sehari akibat tembakan membabi buta pihak militer Myanmar.
Negara – negara di dunia pun ikut mengecam kekerasan yang dilakukan oleh militer Myanmar kepada masyarakat sipil negara tersebut. ***