Wednesday, 15 May 2024
HomeBeritaKaribia Mengalami Krisis Air Minum dan Makanan Seletah Sebuah Gunung Meletus

Karibia Mengalami Krisis Air Minum dan Makanan Seletah Sebuah Gunung Meletus

Bogordaily.net – Hari kelima gunung berapi La Soufriere di timur Saint Vincent , pemerintah memperingatkan tentang kekurangan air dan makanan di pulau tersebut.

Letusan tersebut terjadi Jumat, 9 April 2021 pukul 6 pagi waktu setempat, pemerintah mengatakan kegiatan gunung tersebut akan terjadi selama berbulan-bulan.

Akibat dari letusan gunung, abu menyelimuti sebagian besar pulau, setebal 8 inci (20 cm) di beberapa bagian dan menghancurkan tanaman, air yang terkontaminasi, membunuh hewan dan infrastruktur yang hancur, juga membuat beberapa jalan tidak dapat dilewati, mempersulit upaya pencarian dan penyelamatan.

Hal ini yang membuat para penduduk di pulau tersebut kekurangan air minum dan makanan.

Dilansir dari Reuters, seorang penduduk setempat yang melarikan diri dari rumahnya akibat bahaya dari letusan gunung mengatakan saat ini masih mencari air minum dan makanan.

“Kami masih mencari air minum dan makanan,” kata Jenetta Young Mason, 43.

Juru bicara pemerintah Sehon Marshall mengatakan otoritas Air dan Limbah Pusat tidak dapat mengambil air dari sumber air sejak gunung , yang mengakibatkan lebih dari 50% menipisnya penyimpanan air.

Dalam konferensi pers yang disiarkan di stasiun lokal, Perdana Menteri Ralph Gonsalves mengatakan beberapa pasokan dari negara-negara tetangga telah mulai mengalir ke negara kepulauan berpenduduk lebih dari 100.000 itu, tetapi lebih banyak bantuan dibutuhkan.

Sejauh ini belum ada laporan adanya korban jiwa atau luka-luka. Kerusakan akibat letusan tahun 1979 mencapai 100 juta dolar. Namun warga berjuang mengatasi kekurangan pasokan.

Beberapa pulau telah memberikan bantuan dengan mengirimkan tempat tidur bayi, makanan, masker, dan tangki pernapasan, dan Bank Dunia mengatakan pihaknya bermaksud untuk menyalurkan 20 juta dolar kepada pemerintah melalui program pembiayaan bencana tanpa bunga.

Bencana gunung ini dialami ditengah pandemi, pemerintah melakukan upaya untuk melindungi orang-orang namun menjadi sulit karena protokol untuk membatasi penyebaran COVID, termasuk pembatasan jumlah orang dan persyaratan pengujian dan vaksinasi.

Gunung berapi tersebut sudah tidak aktif selama beberapa dekade, pertama kali pada hari Jumat 9 April 2021, membuat sekitar 16.000 sampai 20.000 orang untuk mengungsi dari daerah sekitarnya, dengan banyak yang tinggal di tempat penampungan di dekat ibu kota Kingstown. ***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here