Friday, 26 April 2024
HomeBeritaKKNU Nilai Rizal Ramli Sopir Handal Bawa Bangsa Indonesia

KKNU Nilai Rizal Ramli Sopir Handal Bawa Bangsa Indonesia

Bogordaily.net – Sejak silaturahmi beberapa waktu yang lalu, tali persahabatan antara- dari Komite Khittoh Nahdlatul Ulama (KKNU) 1926 dengan tokoh nasional, , makin terjalin erat.

Terlebih lagi, figur yang karib disapa Gus Romli di kalangan Nahdliyin ini memiliki kedekatan emosional yang sangat kuat dengan tokoh NU mendiang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang juga Presiden RI ke-4.

Menurut para , Gus Dur memang tidak salah memilih untuk masuk dalam kabinetnya yang menghadapi tantangan agar bisa bangkit paska krisis 1998.

Meskipun usia pemerintahan Gus Dur hanya berlangsung kurang dari 2 tahun, berbagai kebijakannya, terutama soal ekonomi masih banyak diingat oleh rakyat. Misal saja tentang kebijakan kenaikan gaji PNS dan TNI/POLRI.

Inisiator KKNU 1926, KH Agus Solachul Aam Wahib Wahab, mengatakan, meski Rizal Ramli tak berada di dalam lingkaran kekuasaan, ide dan gagasannya masih tetap diperlukan dalam menjawab persoalan serius yang tengah melanda bangsa ini.

“Kedatangan para Kiai KKNU 1926 ke kediaman Rizal Ramli bukan hanya silaturahmi saja, tapi ingin mendengar secara langsung solusi dari Pak Rizal terhadap masalah-masalah yang terjadi di Tanah Air,” ujar yang lekat disapa Gus Aam yang juga cucu pendiri NU, KH Wahab Chasbullah, Kamis (24/6/2021).

Dalam kesempatan yang sama, Ghozi Wahib Wahab, menyampaikan keresahan masyarakat terkait dengan kebijakan pemerintah yang sangat tidak populis, seperti rencana pengenaan pajak sembako dan pendidikan.

“Apa yang membedakan cara Gus Dur dalam mempimpin sehingga berhasil dikenang kebijakannya bikin rakyat senang? Apalagi saat ini mulai ramai kabar rencana pengenaan pajak sembako dan pendidikan. Mohon pak Rizal bisa bantu menjelaskan,” sambung Kiai Ghozi Wahib Wahab yang juga salah satu cucu pendiri NU, Kiai Wahab Chasbullah.

“Kalau ingat Gus Dur, saya jadi ingat ketika pertama mendapat tugas dari Gus Dur di Bulog. Yaitu ‘bikin rakyat senang'. Itu pesan Gus Dur,” jawab Rizal Ramli.

Mendengar tutur Menko Ekuin Gus Dur tersebut, spontan saja Ghozi Wahib Wahab menyambutnya dengan kata-kata khas dari Gus Dur “gitu aja kok repot”.

Para yang ikut hadir dalam silaturahmi dengan Dr. Rizal Ramli tersebut langung tertawa bersama.
Menurut Rizal Ramli, persoalan utama yang kita hadapi saat ini adalah tentang kewajiban untuk bayar cicilan pokok dan bunga utang.

“Bunga utang kita tahun ini (2021) saja sudah mencapai Rp 373 triliun. Itu belum termasuk cicilan pokok utangnya,” ungkap tokoh yang pernah duduk sebagai Tim Panel Ahli Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa bersama peraih Nobel Ekonomi dan ekonom-ekonom dari berbagai dunia.

“Akibat beban untuk bayar cicilan pokok dan bunga utang tersebut, cara gampang pejabat sekarang adalah dengan menaikkan pajak ini dan itu,” imbuh Rizal Ramli

Berbeda dengan ketika pemerintahan Gus Dur yang berhasil mengurangi beban utang melalui strategi tukar utang bunga mahal dengan utang bunga murah dan tukar utang dengan konservasi hutan.

“Hari ini memang situasi yang kita hadapi makin ‘pabaliut' bahasa Sunda-nya. Makin ruwet. Karena antara visi, kata-kata dan perbuatan pejabat tidak sinkron. Pandemi yang kita hadapi saat ini, kalau sejak awal tegas untuk lockdown, situasinya tidak akan begini. Kami sudah sarankan sejak awal pandemi agar fokus dan alokasikan anggaran hanya untuk penanganan Covid-19, kebutuhan pangan rakyat dan tingkatkan produksi pangan. Tapi masih aja lanjutkan proyek ini itu, ibukota baru, dan lain-lain,” jelas Rizal Ramli.

Dengan situasi seperti ini, para Kiai KKNU 1926 bertanya apakah masih ada harapan perubahan? Rizal Ramli-pun menjelaskan, bahwa perubahan akan menemukan jalannya.

“Rakyat sekarang makin terbuka pandangannya terhadap berbagai fakta kegagalan pemerintah dalam menangani krisis ini. Pak Kiai, krisis ini benar-benar menjadi ujian bagi seorang pemimpin. Akan dikenang sebagai pemimpin hebat atau memble?” tambah Rizal Ramli.

Silaturahmi yang terasa akrab dan menemukan benang merah historis ini, juga menyinggung soal makin jauhnya rakyat menemukan sosok panutan.

Jubir Presiden Gus Dur, Adhie Massardi, yang turut mendampingi Rizal Ramli, mengatakan, bahwa Gus Dur bisa dikenang oleh rakyat, karena cucu dari pendiri NU, Hasyim Ashari itu hatinya memang untuk rakyat, dan orang-orang dekatnya mampu menjaga integritasnya.

“Integritas ini yang makin sulit ditemukan pada pejabat publik sekarang. Bahkan kadang kita pun menjadi heran kenapa ada tokoh NU sekarang menjadi bahan bercandaan di sosmed karena integritasnya dipertanyakan,” ungkap Adhie Massardi

“Mohon maaf, tidak sedikit yang mengatakan bahwa tokoh-tokoh NU sekarang seperti menjadi tameng pemerintah. NU, sepeti sering disampaikan oleh Mas Rizal Ramli, yang seharusnya menjadi ‘kendaraan plat hitam' bagi warganya, seperti telah berubah menjadi ‘plat merah'. Ini yang perlu diluruskan kembali oleh NU Khittah,” lanjut Adhie Massardi

Mendengar pandangan itu, para yang hadir mengangguk senyum.
Di tengah silaturahmi tersebut, KH. Abdullah Munif dari Pasuruan menyampaikan salam dari Rois Aam Komite Khittah Nahdlatul Ulama (KKNU) 1926, KH. Suyuti Toha, untuk Rizal Ramli karena tidak bisa ikut hadir.

Di akhir silaturahmi, para melanjutkan dengan doa bersama agar Dr. Rizal Ramli dapat memimpin bangsa ini keluar dari krisis pandemi dan krisis ekonomi saat ini.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here