Bogordaily.net – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan Varian delta atau varian B1617.2 ke dalam daftar Variant of Concern (VoC) atau Varian yang mengkhawatirkan.
Varian delta pertama kali ditemukan di India dan telah menyebar ke beberapa negara di dunia. Termasuk juga di negara Indonesia. Seperti dikutip dari Viva.
Bukan tanpa sebab, dimasukkannya varian delta dalam daftar VOC. Varian Delta ini diketahui dapat menular dengan lebih cepat. Bahkan kabar terbaru varian delta ini dapat ditularkan saat berpapasan.
Kabar ini berawal dari Otoritas wilayah New South Wales, Australia. Ada beberapa kasus yang dikhawatirkan merupakan varian Delta.
Kasus tersebut ditemukan pada pengunjung di pusat perbelanjaan, Bondi Junction Westfield
Dilansir dari laman, the stuff, dalam sebuah rekaman CCTV menunjukkan dua orang berbelanja di Bondi Junction Westfield di Sydney.
Mereka melewati satu sama lain dengan cepat tetapi tidak saling melakukan kontak. Mereka hanya berbagi udara yang sama untuk sesaat.
Keduanya kini terinfeksi Covid-19 dan diketahui terkonfirmasi varian Delta selama wabah New South Wales yang sedang berlangsung.
Pihak berwenang Australia percaya karena hal yang sama terjadi pada dua orang lainnya.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof. Zubairi Djoerban sebagai Ahli menanggapi terkait kabar tersebut.
Prof. Zubairi menjelaskan bahwa penularan virus ini bahkan bisa dalam hitungan detik.
“Itu adalah hasil tracing di Australia untuk kasus baru. Hal itu yang menjadi consern para ahli, apalagi kejadiannya tidak terjadi sekali saja di sana. Makanya pejabat kesehatan Australia mengingatkan bahwa penularan virus tidak lagi butuh waktu hingga 15 menit, tapi dimungkinkan bisa dalam hitungan detik,” kata Prof Zubairi dalam tweetnya.
Lebih lanjut, Prof Zubairi menjelaskan bahwa Ahli Virologi Universitas Griffith Lara Herrero mengatakan, dalam momen transmisi yang terekam di CCTV virus didapati bertahan di udara cukup lama. Sehingga seseorang bisa menghirupnya dan terinfeksi.
“Transmisi kontak sekilas ini telah didukung oleh pernyataan-pernyataan beberapa tokoh. Termasuk Menteri Kesehatan New South Wales Brad Hazzard dan juga ahli Epidemiologi dunia Eric Feigl-Ding,” kata beliau.
Meski demikian, Prof. Zubairi menjelaskan bahwa sebagian besar vaksin yang beredar masih bisa bekerja melawan varian delta ini.
“Varian Delta memang menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 yang tinggi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Kabar baiknya, sebagian besar vaksin yang beredar, masih bisa bekerja melawan Varian Delta ini,” kata beliau.***