Thursday, 28 March 2024
HomeBeritaHati-Hati! Pengguna Rokok Elektronik Lebih Berisiko Terpapar Covid-19

Hati-Hati! Pengguna Rokok Elektronik Lebih Berisiko Terpapar Covid-19

Bogordaily.net – Pengguna elektronik ternyata punya risiko terkena Covid-19 lebih tinggi dibanding perokok konvensional atau rokok biasa.

Survei daring pada Mei 2020 terhadap 4.351 orang usia 13-24 tahun menemukan bahwa diagnosis Covid-19 lima kali lebih mungkin pada pengguna elektronik.

“Tujuh kali lebih mungkin pada dual user  atau pengguna konvensional dan elektronik dan 6,8 lebih mungkin pada pengguna dual user selama 30 hari terakhir, serta gejala terlihat hampir lima kali lebih banyak pada pengguna dual user selama 30 hari terakhir,” jelas dr. Feni Fitriani Taufik, SpP(K), M. Pd.Ked dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dalam webinar kesehatan, Sabtu, bersumber dari Antara.

Feni pun memaparkan alasan mengapa elektronik bisa meningkatkan risiko terkena Covid-19.

Pertama, elektronik dapat merusak paru dan mengganggu sistem imunitas.

Ketika paru rusak dan imunitas turun, individu bakal lebih rentan dan lebih mudah terserang virus. Selain itu, aerosol dari elektronik bisa berupa droplet yang mengandung virus.

Perilaku pengguna elektronik juga berisiko, di mana ada kontak dari tangan ke mulut berulang-ulang untuk mengisap elektronik.

Covid-19 bisa tersebar lewat percikan, seseorang bisa tertular jika menyentuh permukaan benda yang terkena percikan, kemudian memegang mata, hidung, atau mulut.

Ketika merokok, orang harus membuka masker sehingga risiko tertular juga lebih besar.

Dalam webinar tersebut, ia mengemukakan mitos dan fakta dari elektronik yang biasanya dikonsumsi oleh anak muda.

Feni membantah anggapan bahwa elektronik merupakan alat bantu untuk berhenti merokok.

Ada juga rokok elektronik yang mengandung nikotin yang dipakai adalah garam nikotin yang malah memungkinkan penghirupan dosis nikotin lebih tinggi.

Satu mini pod nikotin pada rokok elektronik sama dengan 20 rokok konvensional. Nikotin pada rokok elektronik bisa menyebabkan ketergantungan.

Feni mengingatkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia menegaskan rokok elektronik berpotensi jadi pintu gerbang remaja menggunakan rokok konvensional dan narkoba.

Kehadiran rokok elektronik menyebabkan perilaku merokok di masyarakat jadi sesuatu yang normal.

Feni memaparkan, rokok elektronik memang menarik hati generasi muda karena tampilan, alat, hingga rasanya.

Namun, pengguna rokok elektronik justru cenderung bisa menggunakan rokok konvensional kelak.

“Dari penelitian, pengguna rokok elektronik selama sebulan, kemungkinan tujuh kali lebih besar merokok konvensional di masa depan. Ujung-ujungnya jadi perokok juga,” katanya.

Zat yang terkandung dalam larutan rokok elektronik antara lain nikotin, propilen glikol, dietilen glikol, gliserol, dan perisa.

Inilah yang membuat rokok elektronik menarik bagi anak muda karena punya varian rasa beragam, dan mereka pula yang disasar oleh produsen rokok elektronik. Menurut WHO, ada sekitar 8000 jenis perisa.

“Aslinya, bahan-bahan ini yang biasa dimasukkan untuk makanan, tapi begitu dimasukkan sebagai perisa pada rokok elektronik itu juga berbahaya bagi saluran napas kita.”

Kandungan-kandungan dalam cairan rokok elektronik berdampak buruk terhadap kesehatan, seperti nikotin yang menimbulkan kecanduan.

Zat-zat lain yang bisa mengiritasi saluran napas dan paru, peradangan pada paru, jantung, sistemik, kerusakan sel, dan karsinogen.

Feni menyimpulkan bahwa rokok elektronik juga berbahaya untuk kesehatan.

“Jangan mulai merokok karena Anda tidak tahu kapan bisa berhenti. Berhenti merokok apa pun jenisnya merupakan pilihan terbaik demi kesehatan jangka panjang,” pungkasnya.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here