Friday, 17 May 2024
HomeBeritaKenapa Suhu Udara Akhir-akhir Ini Lebih Dingin? Ini Penjelasannya BMKG

Kenapa Suhu Udara Akhir-akhir Ini Lebih Dingin? Ini Penjelasannya BMKG

Bogordaily.net – Mengapa cuaca atau akhir-akhir ini dibanding biasanya?

Banyak dirasakan masyarakat, terutama wilayah Jawa dan Bali, belakangan mengalami penurunan dan terasa dari biasanya.

Bahkan di wilayah Dieng, Jawa Tengah,selama dua hari berturut dilaporkan muncul fenomena embun es.

Kepala UPTD Objek Wisata Dieng Dinas Pariwisata Banjarnegara Sri Utami mengatakan pada Jumat 16 Juli 2021 pagi mencapai minus satu derajat.

Embun es yang muncul juga lebih tebal dari hari sebelumnya.

“Minus 1 derajat celcius. Hari ini lebih tebal,” ujar Sri Utami seperti yang dikutip dari Tribun Jateng.

Lantas mengapa cuaca belakangan ini bisa sampai turun drastis dan menjadi ?

Faktanya suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli – September).

Menurut (BMKG), saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau.

Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.

Kandungan uap di atmosfer di atas wilayah juga cukup sedikit, hal ini terlihat dari tutupan awan yang tidak signifikan selama beberapa hari terakhir.

Tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi pun tidak signifikan.

Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan.

Selain itu, pada bulan Juli ini wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Sifat dari massa udara yang berada di Australia ini dingin dan kering.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia semakin signifikan.

Sehingga ini juga berimplikasi pada penurunan suhu udara yang cukup signifikan pada malam hari di wilayah Indonesia khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT.

Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar.

“Sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa terutama pada malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa terutama pada malam hari,” kata dia.***

 

 

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here