Bogordaily.net – Lahir dan besar di AS tidak membuat sebagian diaspora Indonesia generasi kedua terlepas dari nilai-nilai Indonesia.
Seorang remaja Muslimah di negara bagian Virginia menunjukkan kepeduliannya dengan menjadi relawan madrasah dalam komunitas Indonesia.
Alya Sarah Lawindo (19 tahun) tidak seperti kebanyakan remaja yang tinggal di Amerika.
Setiap akhir pekan, Alya mengajari anak-anak belajar mengaji secara virtual, dari rumahnya di Arlington negara bagian Virginia.
Alya juga merupakan gadis yang aktif mengenalkan budaya Minang di Negeri Paman Sam.
Lahir dan tumbuh di Amerika Serikat tak membuat Alya buta hati dengan asal usulnya.
Meski masih muda, Alya berpegang teguh pada pendiriannya, menjadi muslim.
Bahkan, gadis cantik yang kini tinggal di Virginia ini rutin mengajarkan anak-anak untuk mengaji secara virtual. Ia mengaku senang dapat melihat anak kecil belajar mengaji.
“Rasanya senang melihat anak-anak kecil belajar mengaji,” terangnya.
Hal ini tak jauh dari pengaruh positif yang dibangun keluarga Alya. Sejak kecil, Alya sering melihat sang ibunda saat mengajar mengaji di suatu lembaga pendidikan agama.
Menginjak remaja, timbul niat dari Alya sendiri untuk mengikuti jejak sang ibunda.
“Apalagi karena bunda dari dulu pernah jadi guru mengaji di madrasah bertahun-tahun. Waktu Alya remaja, Alya berpikir mungkin sudah waktunya untuk mengajari anak apalagi untuk komunitas anak Indonesia di Amerika,” terangnya.
Berkat perhatiannya terhadap anak-anak kecil dan agama Islam, Alya diganjar dengan penghargaan. Pada tahun 2019, Alya diberi penghargaan sebagai relawan muda.
Indonesian Muslim Association in America (Imaam) Center, organisasi yang mengelola madrasah, merasa bangga dengan kiprah Alya di dunia pendidikan dan agama Islam di Amerika Serikat.
Selain mengajarkan baca Alquran bagi anak-anak muslim, Alya juga dikenal sebagai gadis yang aktif melestarikan budaya miliknya sendiri. Alya aktif mengenalkan budaya Minang sejak berusia enam tahun.
Bersama orang tua, Alya berhasil mendirikan sebuah komunitas bernama ‘Rumah Gadang’ di Amerika Serikat.
Sang ayah menilai, budaya sendiri memang harus diajarkan kepada putra putrinya agar tak lupa dengan jati diri.
“Itu saya ajarkan semenjak 6 tahun. Ini kalau kami tidak mengajarkan, kita akan kehilangan generasi, mereka kenalnya budaya Amerika saja,” terang sang ayah.
“Bila dekat, saling berkunjung. Bila jauh, saling berkabar. Tanda cinta pada ranah Minang, jangan lupakan adat budaya,” pesan Alya.***