Thursday, 2 May 2024
HomeBeritaMendadak Viral Gara-gara Disebut Menteri Agama. Seperti Apa Sebenarnya Ajaran Agama Baha'i?

Mendadak Viral Gara-gara Disebut Menteri Agama. Seperti Apa Sebenarnya Ajaran Agama Baha’i?

Bogordaily.net – Setelah mengucapkan selamat Hari Raya Naw Ruz, banyak orang yang bertanya-tanya apa itu Agama Baha'i. Bagi yang belum tahu ini pofil Agama Baha'i.

Kendati baru beberapa hari ini viral di media sosial, agama Baha'i ternyata sudah lama eksis. Agama ini mulai berkembang sejak abad ke-19 tepatnya pada 1844 di Iran.

Saat itu, seorang bernama Ali Muhammad yang bergelar Bab mengumumkan bahwa ia adalah utusan Tuhan. Tugasnya adalah sebagai Bentara yakni mempersiapkan utusan Tuhan lain yakni Husein Ali yang nantinya disebut Baha'ullah.

Baha'ullah inilah yang kemudian menyebarkan ajaran agama Baha'i. Penyebaran ini juga terus dilanjutkan oleh putra sulungnya yang bernama Abdul Baha dan kemudian dilanjutkan lagi oleh cucunya, Shogi Effendi sebagai wali agama.

Dikutip dari penelitian Nuhrison M. Nuh yang berjudul Eksistensi Agama Baha'i di Beberapa Daerah di Indonesia, agama Baha'i sebenarnya merupakan agama independen dan bersifat universal. Agama ini bukanlah bagian atau sekte dari agama lainnya.

Lebih lanjut, umat Baha'i percaya bahwa agama harus menjadi sumber perdamaian dan keselarasan, baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun dunia. Umat Baha'i juga dikenal sebagai sahabat dari semua penganut agama dalam melaksanakan keyakinan secara aktif.

Agama Baha'i percaya pada kesatuan umat manusia dan ingin mengabdikan diri pada penghapusan prasangka rasial, kelas, dan agama. Oleh sebab itu, dalam praktiknya, ajaran Baha'i banyak berkaitan dengan etika sosial yang tercermin juga melalui ritual dan ibadahnya.

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti jumlah penganut Baha'i. Menurut ensiklopedia Britannica pada 2004, diperkirakan ada 7,5 juta umat Baha'i yang tersebar di 218 negara. Sedangkan menurut media The Economist, pada 2017, jumlahnya sekitar 7 juta umat.

Di Indonesia sendiri, umat Baha'i umumnya tersebar di beberapa daerah seperti di Pati, Malang, Palopo, dan Bandung.

Umat Baha'i menyebut Tuhan sesuai dengan nama yang dipercaya masyarakat setempat. Umat boleh menyebutnya sebagai Allah (Arab), God (Inggris), atau Gusti Allah (Jawa).

Kitab suci Baha'i adalah Al-Aqdas, Al-Iqon, Loh Loh, Kalimat Tersembunyi, Tujuh Lembah dan Empat Lembah, Kitab Ahdi, Loh Loh kepada Raja dan Penguasa di Bumi, Loh pada Putra Srigala, dan lain-lain. Selain itu ada pula kitab atau Loh yang ditulis oleh Abdu Baha dan Shogi Efendi.

Agama Baha'i juga mengenal konsep surga dan neraka setelah kematian. Orang yang sudah meninggal di dunia, masih akan hidup di alam Tuhan yang lain.

Selain itu, agama Baha'i juga percaya adanya malaikat dan iblis. Malaikat merupakan ciptaan Tuhan yang memiliki sifat baik sedangkan iblis merupakan hawa nafsu dan keakuan manusia.

Untuk ibadah, agama Baha'i melakukan ritual seperti sembahyang, puasa, ziarah, dan berdoa. Untuk sembahyang sendiri ada 3 macam yaitu sembahyang pendek, sedang, dan panjang. Saat sembahyang umat menghadap kiblat, dengan terlebih dahulu mengambil wudhu.

Sementara itu untuk hari besarnya, umat Baha'i memperingati tahun baru yang disebut Hari Raya Naw Ruz. Pada hari ini, semua umat akan berdoa pada Tuhan dan bersilaturahmi.

Tempat ibadah umat Baha'i disebut sebagai Rumah Ibadah, punya konsep unik di mana semua orang boleh datang ke sana untuk beribadah atau berdoa. Di sana juga disediakan berbagai kitab dari agama lain.

Akan tetapi, berbeda dengan tempat ibadah lain yang digunakan untuk sembahyang berjamaah, Rumah Ibadah ini tidak digunakan untuk hal tersebut, kecuali ketika sembahyang mayat.

Umumnya, Rumah Ibadah agama Baha'i memiliki 9 pintu yang merupakan simbol keberagaman dan kesatuan agama. Kesembilan agama itu adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu, Baha'i, Yahudi, dan Zoroaster.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here