Saturday, 27 April 2024
HomeBeritaOrang Tak Percaya Covid-19, Psikolog UI: Cara Berpikirnya Kurang Kritis

Orang Tak Percaya Covid-19, Psikolog UI: Cara Berpikirnya Kurang Kritis

Bogordaily.net – Psikolog Rininda Mutia dari Universitas Indonesia menyatakan bahwa orang-orang yang tentang wabah virus corona di tengah pandemi, biasanya punya cara berpikir yang kurang kritis.

“Mereka sangat mudah menerima informasi baru, mendapatkan sugesti yang tergantung dari lingkungan pergaulannya. Kalau dia tergabung dalam grup Whatsapp yang -19 dan banyak informasi tidak benar, mereka akan percaya,” tutur Rininda di Depok, Rabu (18 Agustus 2021).

Ada berbagai alasan di balik rasa atas virus yang membuat kehidupan berubah drastis.

Selama hampir dua tahun belakangan, salah satunya karena lebih percaya terhadap teori konspirasi.

Rininda menjelaskan orang-orang yang terlalu banyak terpapar hoaks tapi tidak dibarengi dengan cara berpikir kritis bisa ikut termakan informasi yang tidak benar.

Pada akhirnya mempercayai bahwa -19 tidak ada meski virus ini telah merenggut banyak korban jiwa.

Oleh karena itu, pilih-pilih pergaulan yang tepat di mana informasi yang diberikan oleh rekan-rekan terdekat berasal dari sumber yang terpercaya, bukan rumor semata.

Jika perlu, tidak perlu masuk grup Whatsapp yang terlalu sering berbagi informasi yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.

“Alasan lain seseorang -19 adalah rasa takut dan khawatir yang berujung kepada penyangkalan,” kata Rininda.

“Itu adalah salah satu pertahanan diri manusia, ketika dia merasa ada sesuatu yang lebih besar dari dia, tapi dia tidak siap menghadapinya, jadi dia menyangkal bahwa -19 tidak ada,” jelas Rininda.

Penyangkalan terjadi karena seseorang tidak siap menghadapi kenyataan bahwa ada hal yang berbahaya di hadapannya.

Dengan menolak menerima kenyataan, seseorang menganggap dirinya akan merasa tenang.

Padahal, jauh di lubuk hati ketenangan itu sebetulnya sedang bergejolak.

Bila ada teman atau anggota keluarga yang -19, Rininda menyarankan supaya diberi penjelasan dan meluruskan informasi.

Urusan apakah dia akan berubah pikiran bukan masalah kita, sebab itu berada di luar kontrol Anda, kata Rininda.

Jika memang tidak ada titik temu, terimalah bahwa tidak setiap perdebatan berujung kepada kesepahaman yang sama.

Menurut Rininda, ada kalanya kita harus setuju untuk tidak setuju dengan pendapat orang lain.

“Kita tidak bisa memaksakan hal tersebut kepada orang lain. Jangan memikirkan sesuatu di luar kontrol karena bikin kita frustrasi dan merasa tidak berdaya,” pesanya.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here