Bogordaily.net – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membantah kabar yang menyebutkan terdapat banyak klaster di sekolah ketika mulai diberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM).
“Jadi kalau banyak yang kemarin diskusi atau beredar hoax bahwa klasternya demikian banyak, sebenarnya tidak demikian,” kata Menkes Budi, Senin (27 September 2021) mengutip Antara.
Menkes menyebut bahwa setelah dilakukan PTM, pemerintah kemudian melakukan surveilans di beberapa sekolah sebagai bagian dari evaluasi pelaksanaan pembacaan secara luar jaringan (luring) itu.
Dari surveilans yang dilakukan di DKI Jakarta dalam periode 1 hingga 21 September terhadap 22 sekolah dan pengujian 2.113 subjek dengan tes antigen ditemukan tingkat positif 3,12 persen.
Selain itu pengujian PCR pada 31 Agustus hingga 20 September 2021 terhadap 2.134 subjek yang terbagi di 24 sekolah menemukan tingkat positif 5,01 persen.
Sementara di kota Semarang, pengujian antigen pada 15 hingga 25 September terhadap 3.689 subjek dari 258 sekolah menemukan tingkat positif 0,24 persen.
Lalu di Kota Surakarta, pengujian terhadap 171 subjek di satu sekolah dan di Kota Pekalongan terhadap 103 subjek di lima sekolah, menemukan tingkat positif 0,0 persen untuk masing-masing kota.
Sementara itu, Mendikbudristek Nadiem Makarim meluruskan bahwa kabar 2,8 persen sekolah telah menjadi klaster COVID-19 selama PTM adalah miskonsepsi.
“Beberapa miskonsepsi yang patut diluruskan, sekali lagi adalah bahwa angka 2,8 persen satuan pendidikan, walaupun itu sudah kecil, itu pun adalah data kumulatif, bukan per satu bulan. Itu semua dari seluruh masa COVID-19, bukan dari bulan terakhir di mana PTM terjadi,” kata Nadiem.
Nadiem sebut bahwa kabar yang 15.000 murid dan 7.000 guru positif COVID-19 adalah laporan data mentah yang memiliki banyak sekali kesalahan.
Bagaimana mungkin banyak yang melaporkan jumlah kasus positif justru melebihi jumlah murid yang berada di sekolah.
“Sekali lagi, kita harus berfokus pada data yang ada dan terutama data dari Kemenkes yang telah mendapatkan berbagai macam test result dan melakukan sampling,” pungkas Nadiem.***