Friday, 19 April 2024
HomeBeritaJadi Korban Pelecehan Seksual, Pegawai KPI Buka Suara

Jadi Korban Pelecehan Seksual, Pegawai KPI Buka Suara

Bogordaily.net – Seorang pegawai () mengaku mendapat perlakuan pelecehan seksual sesama pria dan perundungan yang dilakukan oleh . Perundungan ini terjadi sejak 2012.

Pegawai tersebut kerap mendapatkan perundungan dan pelecehan seksual sesama pria dari rekan kerjanya yang juga pegawai . Terparah, pegawai itu ditelanjangi, dilecehkan dan difoto.

“Kejadian itu membuat saya trauma dan kehilangan kestabilan emosi. Kok bisa pelecehan jahat macam begini terjadi di Pusat?,” demikian keterangan tertulis korban, Kamis 1 September 2021.

Korban khawatir foto telanjangnya itu akan disebar oleh rekan-rekannya. Selain itu, korban kerap menyuruh-nyuruh korban untuk membelikan makan. Hal ini berlangsung selama 2 tahun lamanya.

“Padahal kedudukan kami setara dan bukan tugas saya untuk melayani . Tapi mereka secara bersama sama merendahkan dan menindas saya layaknya budak pesuruh,” lanjutnya.

Tahun ke tahun berjalan, berbagai perundungan diterima korban. Mulai dari diceburkan ke kolam renang, tasnya dibuang, hingga dimaki dengan kata-kata bernuansa SARA.

Pelecehan seksual tersebut membuat korban jatuh sakit dan stres berkepanjangan. Pelecehan dan perundungan itu, kata korban, mengubah pola mentalnya.

“Kadang di tengah malam, saya teriak teriak sendiri seperti orang gila. Penelanjangan dan pelecehan itu begitu membekas, diriku tak sama lagi usai kejadian itu, rasanya saya tidak ada harganya lagi sebagai manusia, sebagai pria, sebagai suami, sebagai kepala rumah tangga. Mereka berhasil meruntuhkan kepercayaan diri saya sebagai manusia,” sebut korban.

Korban sudah melaporkan kejadian ini ke Komnas HAM. Komnas HAM sendiri, kata korban, sudah mengkategorikan pelecehan dan perundungan yang dialaminya sebagai bentuk pidana dan menyarankan agar korban melapor ke polisi.

Korban pun melapor ke kepolisian. Namun respons yang didapat tidak memuaskannya. Ia juga sudah melapor ke atasannya. Namun korban malah dipindah ke divisi yang berbeda dari perundungnya.

“Sejak pengaduan itu, para pelaku mencibir saya sebagai manusia lemah dan si pengadu. Tapi mereka sama sekali tak disanksi dan akhirnya masih menindas saya dengan kalimat lebih kotor. Bahkan pernah tas saya di lempar keluar ruangan, kursi saya dikeluarkan dan ditulisi “Bangku ini tidak ada orangnya”. Perundungan itu terjadi selama bertahun tahun dan lingkungan kerja seolah tidak kaget. Para pelaku sama sekali tak tersentuh. Saya makin stres dan frustrasi,” imbuh korban.

“Saya tidak kuat bekerja di Pusat jika kondisinya begini. Saya berpikir untuk resign, tapi sekarang sedang pandemi Covid-19 dimana mencari uang adalah sesuatu yang sulit. Dan lagi pula, kenapa saya yang harus keluar dari Pusat? Bukankah saya korban? Bukankah harusnya para pelaku yang disanksi atau dipecat sebagai tanggung jawab atas perilakunya? Saya BENAR, kenapa saya tak boleh mengatakan ini ke publik,” tulis korban.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here