Bogordaily.net – Bagi umat muslim, dianjurkan mengucapkan salam pada saudaranya sebagai pembuka pertemuan atau percakapan.
Namun saat diterapkan dalam konteks percakapan melalui teks, banyak yang kemudian menyingkat ucapan assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh karena terlalu panjang.
Ada yang menuliskan Askum, Ass dan beberapa bentuk singkatan lainnya. Sebenarnya, apakah hal itu diperbolehkan?
Ternyata menyingkat kalimat salam itu diperbolehkan, namun dengan ketentuan tertentu.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskannya dalam sebuah video yang diunggah oleh kanal Youtube Adi Hidayat official yang diunggah pada 31 Agustus 2021.
Ustadz Adi Hidayat mengatakan jika di dalam Bahasa Arab juga ada singkatan, bahkan di bahasa syariat.
“Jadi, Bahasa Arab tersebut tidak selalu berkaitan dengan hal umum karena ada juga yang merupakan bahasa syariat. Bahasa syariat ini merupakan Bahasa Arab yang mencakup terminologi keislaman. Contohnya adalah iman, taqwa dan juga beberapa amalan, seperti tasbih atau subhanallah,” ujar UAH.
Menurutnya dari contoh di atas sebenarnya sudah menunjukkan jika bahasa syariat juga ada singkatannya. Seperti alhamdulillahi rabbil ‘alamin disingkat menjadi alhamdulillah atau menjadi tahmid.
Bismillahirrohmanirrohim disingkat menjadi basmalah. Allahu akbar disingkat menjadi takbir.
“Begitu juga kalimat assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh yang juga bisa disingkat menjadi salam. Jadi, jika di chat atau dalam bentuk tulisan dimanapun terasa terlalu panjang, bisa diganti dengan kata salam,” tuturnya.
Hal ini sesuai dengan yang yang terdapat dalam Alquran di Q.S Adz-Dzariyat: 24-25.
“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, ‘Salaman’ (salam), Ibrahim menjawab, ‘Salamun’ (salam). (Mereka itu) orang-orang yang belum dikenalnya.”
Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa Malaikat menggunakan kata سَلٰمًا untuk menggantikan assalamulaiakum. Sementara, Nabi Ibrahim menjawabnya dengan kalimat سَلٰمٌۚ juga dalam bentuk yang singkat.
Kata سَلٰمًا yang digunakan Malaikat mengandung makna yang terjadi saat ini. Sementara, سَلٰمٌۚ yang digunakan Nabi Ibrahim memiliki sifat atau makna terus menerus. Artinya, Nabi Ibrahim menggunakan kalimat yang lebih baik untuk menjawab salamnya Malaikat.
Itulah yang kemudian mendasari bahwa menjawab salam itu sunnahnya dalam bentuk yang lebih panjang. Minimal dijawab yang setara dengan sebagaimana yang diucapkan oleh orang yang megatakan salam.
“Kembali kepada permasalahan penulisan salam, sebenarnya mau menulis ass, assakum atau lainnya kembali pada diri masing-masing. Namun, alangkah baiknya sebagai seorang muslim meneladani redaksi yang ada dalam Al-Qur’an agar bernilai pahala,” tutup Ustadz Adi Hidayat.***