Bogordaily.net – Mahasiswa Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memanfaatkan air bekas wudhu untuk budidaya perikanan air tawar dan tanaman hidroponik.
Ini dilakukan di Pondok Pesantren Al Khoiriyah, Dusun Duwet, Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung.
Ketua Tim KKN, Yoga Fredi Arisko pemanfaatan bekas air wudhu dilakukan untuk menghindari terbuangnya air yang terhitung masih jernih jika dibandingkan dengan limbah air rumah tangga.
“Sangat disayangkan jika (limbah air wudhu) dibuang begitu saja,” kata Yoga di Surabaya, seperti dikutip dari republika, Rabu (6 Oktober 2021).
Mahasiswa Departemen Teknik Sistem dan Industri ini melanjutkan, pemanfaatan limbah air wudhu dimulai dengan melakukan penampungan air dalam tandon berkapasitas 250 liter.
Kemudian, air dari tandon akan dialirkan ke alat penjernih air sederhana untuk dibersihkan terlebih dahulu.
Yoga menjelaskan, alat penjernih sederhana ciptaan timnya terbuat dari dua buah timba air berkapasitas 50 liter yang diisi kapur dan paranet sebagai komposisi filternya.
Setelah melalui proses penjernihan, air brkas wudhu akan dialirkan untuk mengisi kolam ikan di pesantren tersebut sebelum dialirkan menuju tanaman hidroponik.
Yoga menuturkan, mekanisme alat yang digunakan dari tahap penjernihan sampai ke tanaman hidroponik merupakan sistem yang tertutup.
Hal ini memungkinkan penggunaan yang lebih efisien karena air bekas wudhu di dalamnya akan terus berputar di tiga komponen tersebut sehingga tidak perlu repot mengganti airnya setiap hari.
“Penggantian airnya dilakukan 1-2 minggu sekali saat menguras kolam ikan atau saat dirasa sudah kotor,” ujarnya.
Selain penggunaannya yang efisien dan praktis mengurangi pembuangan air berlebih, Yoga mengklaim alat yang dibuat timnya juga bernilai ekonomis.
Ia menyebutkan, sejak tahap penjernihan, timnya menghindari penggunaan listrik agar tidak perlu mengeluarkan biaya berlebih.
Pihak Pondok Pesantren Al Khoiriyah pun dapat menghemat penggunaan air saat mengisi kolam ikan miliknya.
Sementara itu, pihak pondok pesantren juga tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk vitamin tanaman hidroponik yang dibudidayakan, karena air yang digunakan sudah mengandung nutrisi dari kolam ikan.
Hasil panen hidroponiknya pun dapat dimanfaatkan untuk konsumsi pihak pondok pesantren atau dijual dengan total lebih dari 100 tanaman setiap panennya.
Yoga menambahkan, alat yang dibuat juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran outdoor oleh pihak pondok pesantren.
“Diharapkan alat ini juga bisa dijadikan sebagai bahan edukasi budidaya ikan maupun sayuran,” katanya.***