Bogordaily.net – Camilan enak seperti keripik kentang dan roti atau juga cokelat, rasanya banyak sekali digemari orang.
Namun waspadalah, karena sebuah penelitian berbasis hewan pengerat baru mengungkapkan bahwa makan makanan olahan dapat menyebabkan sindrom usus bocor.
Sindrom tersebut yang pada akhirnya meningkatkan risiko lebih jauh menjadi penyakit ginjal.
Studi yang dipimpin oleh para peneliti di Monash University di Australia, menunjukkan bahwa makanan yang diolah dengan panas atau diproses kaya akan senyawa kimia berbahaya yang disebut Advanced Glycation End Products (AGEs).
Bahan kimia ini memberi rasa dan aroma pada makanan yang terlihat kecokelatan karena dipanggang atau digoreng.
Dikutip dari Siasat, AGEs memicu proses yang disebut reaksi Maillard dan mengaktifkan sinyal bahaya tubuh yang mengarah ke respons inflamasi dan penyakit ginjal kronis.
“Namun, mengonsumsi makanan yang mengandung serat pati resisten tinggi seperti gandum, nasi yang dimasak dan didinginkan, barley, kacang-kacangan dan polong-polongan seperti kacang hitam dan kacang polong, tepung kentang mentah sebagai suplemen, kentang yang dimasak dan didinginkan, dapat membantu memulihkan kesehatan usus. dan meningkatkan kesehatan ginjal,” ungkap penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science Advances.
“Makanan ini penting karena masuk ke usus bawah Anda dan pada dasarnya berfungsi sebagai makanan untuk bakteri usus Anda. Bakteri usus memfermentasi metabolit penghasil makanan ini yang bersifat anti-inflamasi,” kata penulis utama Melinda Coughlan, Associate Professor di Departemen Diabetes Monash Central Clinical School.
Secara global, 10 persen orang terkena penyakit ginjal kronis. Konsumsi makanan olahan juga dikaitkan dengan risiko semua penyebab kematian, diabetes, hipertensi, obesitas, kanker, dan penyakit saluran cerna.
“Perubahan pola makan, seperti kebanyakan perubahan perilaku, bisa sulit dipertahankan dalam jangka panjang, tetapi dengan menambahkan lebih banyak makanan yang mengandung serat pati resisten dan praktik memasak, mengukus dan merebus, dapat membantu mengurangi efek berbahaya,” pungkas Coughlan.***