Friday, 19 April 2024
HomeTravellingWisata Candi Jawi, Jejak Kerajaan Singasari dan Relief yang Menyisakan Misteri

Wisata Candi Jawi, Jejak Kerajaan Singasari dan Relief yang Menyisakan Misteri

Bogordaily.net – Banyak candi yang tersebar di Pulau Jawa, salah satunya objek yang terletak di kaki Gunung Welirang, Desa Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan.

Candi ini disebut merupakan peninggalan Kerajaan Singasari yang bercorak Hindu-Budha.

Candi dengan bentuk menjulang menyerupai Candi Prambanan ini berdiri di atas lahan sekitar 40×60 meter persegi.

Bangunan candi sendiri memiliki ketinggian sekitar 24,5 meter dengan lebar 9,5 meter dan 14,2 meter.

Di sekelilingnya terdapat pagar bata setinggi dua meter dan parit yang ditumbuhi oleh bunga teratai.

Selain keberadaan bunga teratai yang membuat candi terlihat cantik, pemandangan pegunungan yang menjadi latar belakang candi juga membuat terlihat indah.

Selain kemegahannya, terdapat beberapa hal unik yang dimiliki oleh tempat ini.

Berikut dikutip dari okezone yang rangkumkan berbagai keunikan tempat tersebut;

Pembangunan menurut Negarakertagama pupuh 56 dilakukan atas perintah raja terakhir Kerajaan Singasari, Kertanegara sebagai tempat beribadat umat beragama Syiwa-Budha.

Terlepas dari itu, juga merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Kertanegara.

Meski lokasinya cukup jauh dari pusat Kerajaan Singasari, dipilih sebagai tempat penyimpanan abu jenazah Kertanegara.

Diduga karena rakyat di daerah tersebut sangat setia kepada raja dan banyak yang menganut ajara Syiwa-Buddha.

Sebagian ahli mengatakan bahwa bukan tempat pemujaan karena posisi candi yang membelakangi gunung.

Pada umumnya, candi untuk peribadatan menghadap ke arah gunung, tempat bersemayam Dewa. Namun, tak sedikit juga ahli meyakini Candi Jawi merupakan tempat pemujaan.

Posisi pintu yang tidak menghadap ke gunung adalah bentuk pengaruh ajaran Buddha.

Batu yang menjadi bahan dasar bangunan Candi Jawi terdiri dari dua jenis. Dari kaki sampai selasar, candi dibangun dengan batu berwarna gelap.

Tubuh candi menggunakan batu putih, sedangkan atap candi menggunakan batu campuran berwarna gelap dan putih.

Hal ini menguatkan dugaan yang mengatakan bahwa candi dibangun dalam dua masa pembangunan.

Menurut Kitab Negarakertagama, pada tahun 1253 Saka, Candi Jawi disambar petir.

Setahun setelahnya dipercaya Candi Jawi dibangun kembali dengan menggunakan batu putih.

Penggunaan batu putih tersebut mengundang pertanyaan, karena yang terdapat di kawasan Gunung Welirang kebanyakan batu berwarna gelap.

Diduga, batu-batu putih tersebut didatangkan dari pesisir utara Jawa atau daerah Madura.

Melansir laman permusnas.go.id, ketika candi disambar petir, arca Maha Aksobaya juga menghilang tanpa jejak.

Hal tersebut sempat membuat sedih Raja Hayam Wuruk saat dirinya mengunjungi Candi Jawi.

Ruangan dalam badan candi mulanya diayakini terdapat arca. Dalam Negarakertagama disebutkan bahwa dalam bilik candi terdapat arca Syiwa dengan Aksobaya di mahkotanya.

Ada juga arca dewa-dewa dalam kepercayaan Syiwa, seperti arca Mahakala dan Nandiswara, Durga, Ganesha, Nandi, dan Brahma.

Sayangnya, kini tak satupun dari arca tersebut berdiri di sana. Konon, arca Durga disimpan di Museum Empu Tantular, Surabaya.

Seperti candi pada umumnya di Indonesia, dinding Candi Jawi dihiasi dengan relief.

Namun hingga saat ini, relief di bagian dinding luar tubuh candi masih belum berhasil dibaca.

Hal ini kemungkinan karena pahatannya yang terlalu tipis atau kurangnya informasi pendukung, seperti prasasti atau naskah.

Bahkan kitab Negarakertagama tidak menyinggung sedikitpun mengenai relief tersebut.

Juru kunci Candi Jawi mengatakan, relief tersebut harus dibaca menggunakan teknik prasawiya atau berlawanan dengan arah jarum jam.

Sementara itu, relief yang terpahat di tepi barat dinding utara menggambarkan peta areal candi dan wilayah sekitarnya.

Terdapat pahatan relief yang memuat kisah seorang pertapa perempuan. Di pipi kiri dan kanan tangga yang menuju selasar dipenuhi pahatan rumit.

Sedangkan pipi tangga dari selasar menuju lantai candi dihiasi sepasang arca binatang bertelinga panjang.

Bingkai pintu candi polos tanpa pahatan, namun di atas ambang pintu terdapat pahatan kalamakara lengkap dengan sepasang taring, rahang bawah, serta hiasan di rambutnya.

Di sisi kiri pintu ada relung kecil yang digunakan untuk meletakkan arca. Sementara di atas masing-masing relung terdapat pahatan kepala makhluk bertaring.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here