Bogordaily.net – Kehadiran virus covid-19 varian omicron yang meresahkan dunia ternyata membawa berkah tersendiri bagi para perusahaan produsen vaksin. Terpantau, harga saham perusahaan-perusahaan produsen vaksin meroket lantaran para investor melakukan aksi borong pasca diumumkan ancaman varian Omicron.
Mengutip CNN, selama sesi perdagangan Black Friday di Wallstreet, saham Moderna (MRNA) melonjak 20 persen. Demikian pun pada Senin 29 November 2021 kemarin, saham Moderna naik 10 persen.
Kemudian saham produsen vaksin BioNTech (BNTX) juga melonjak 14 persen pada hari Jumat dan naik 3 persen pada Senin.
Demikian pula saham Novavax (NVAX). Pada Jumat, saham Novavax naik 9 persen, meskipun pada Senin turun lagi 8 persen
Saham Big Pharma Pfizer pun ikut terdongkrak dengan kehadiran Omicron. Pada Jumat, saham Pfizer naik 6 persen tapi turun sedikit pada Senin. Produsen vaksin Johnson & Johnson pun ikut terkerek meski hanya sedikit.
Secara implisit, kenaikan harga itu berisi harapan para investor agar para produsen dapat mempercepat pengadaan vaksin untuk melindungi diri dari varian baru omicron.
Moderna sendiri saat ini memang tengah membuat vaksin booster khusus omicron dan menyatakan akan mempercepat prosesnya. Sementara Pfizer menyatakan akan menyiapkan vaksin baru dalam 100 hari jika Omicron terbukti bisa menembus pertahanan tubuh yang digalang vaksin Pfizer.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan covid-19 varian omicron memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan global. Menurut WHO, kemungkinan besar varian ini akan menyebar ke seluruh dunia dan bisa mengakibatkan konsekuensi akut di beberapa wilayah.
Karenanya, WHO menyarankan seluruh negara anggotanya untuk mempercepat laju vaksinasi, dan mengutamakan kelompok rentan. Selain itu, rencana mitigasi untuk menjamin kesiapan fasilitas layanan kesehatan harus disiapkan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah Omicron bisa menghindari imunitas yang dihasilkan dari vaksin dan infeksi sebelumnya. Diharapkan, beberapa minggu ke depan WHO akan menyampaikan data lanjutan.
“Kasus covid-19 kemungkinan terjadi pada orang yang sudah divaksin, walaupun dalam jumlah yang kecil dan proporsinya dapat diprediksi,” katanya.