Saturday, 27 April 2024
HomeNasionalP2G : Kita Kehilangan Novia Widyasari, Calon Guru Bercita-Cita Mulia

P2G : Kita Kehilangan Novia Widyasari, Calon Guru Bercita-Cita Mulia

Bogordaily.net – Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) berbela sungkawa atas kematian Rahayu (23) seorang mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Brawijaya pada Kamis 2 Desember 2021. Dikatakan, Novia adalah calon guru dengan cita-cita pengabdian yang sangat mulia, dan kematiannya adalah sebuah kehilangan.

“Kami berbela sungkawa, berduka cita atas kepulangan teman kita ini, calon guru, yang saya rasa beliau memiliki cita-cita yang mulia,” kata Satriwan Salim kepada Bogordaily pada Sabtu 4 Desember 2021.

Berdasarkan unggahannya di Quora, Novia bercerita ia ingin menjadi guru demi membantu anak-anak yang kurang mampu dan anak-anak yang dianggap “gagal” dalam pembelajaran.

Ia tergerak oleh pengalamannya semasa sekolah dulu. Ia melihat kawannya diusir dari ruang ujian hanya karena belum membayar SPP, ia pun melihat temannya yang “nakal” diusir dari kelas, dan siswa yang tidak lulus justru dipermalukan.

Menurutnya, hal itu tak pantas dilakukan kepada murid. Ia bertekad akan menjadi guru yang merangkul anak muridnya yang dianggap “gagal”, menjadi teman bagi mereka dan membantu mereka untuk berhasil dalam pendidikannya.

“Saya ingin dekat dengan siswa saya nanti apabila Allah mengizinkan saya untuk menunaikan apa yang saya cita-citakan. Saya tidak akan pernah memarahi mereka dan menunjukkan muka tidak enak,” kata Novia lewat akun Quoranya.

Satriwan mengatakan, refleksi Novia atas dunia pendidikan memang benar adanya. Saat ini, relasi yang terjalin antara guru dan murid adalah relasi kuasa, padahal semestinya guru memiliki relasi yang dialogis dengan muridnya. Guru yang seharusnya mengasah nalar kritis siswa justru malah membungkam pemikiran dan ekspresi siswa.

Karenanya, baginya Novia adalah embun di tengah gurun pasir dan kepergiannya adalah kehilangan besar bagi pendidikan Indonesia.

“Kalau kita lihat alasan Anda ini sangat mulia ya kan ingin membangun relasi yang dialogis relasi yang setara gitu kan dengan anak murid suatu hari nanti dan terbukti kan ketika dia mengajar bimbel dia lakukan dengan apa namanya dialogis,” kata Satriwan.

Cita-cita mulia itu pun telah ia buktikan lewat tindakan tak cuma lewat kata-kata. Berdasarkan informasi, Rahayu adalah anak dari seorang Lurah, sementara ibunya adalah staf ahli hukum di kantor pemerintahan.

Menurut Satriwan, secara ekonomi, Novia tergolong mapan dan memiliki privilege untuk melanjutkan pendidikan ke jurusan yang lebih “menjanjikan”, tetapi nyatanya justru Novia memilih jurusan keguruan.

Padahal menurutnya, guru bukanlah profesi yang menjanjikan secara ekonomi mengingat apresiasi dan proteksi yang sangat minim dari pemerintah. Apalagi saat ini, lulusan pendidikan keguruan tak bisa serta merta langsung bekerja menjadi aparatur sipil negara, begitu lulus mereka harus mengikuti Pendidikan Profesi Guru selama 1 tahun.

Setelah lulus, baru mereka bisa bekerja dengan status honorer yang upahnya tidak seberapa.

“Ananda ini saya rasa punya impian yang tidak merefleksikan kondisi keluarganya. Karena pengabdian itu dia tidak melihat bagaimana nanti dia bisa menjadi guru dengan kesejahteraan yang sangat, saya menyebutnya ‘honor guru honorer itu horor' gitu ya,” kata Satriwan.

Satriwan berharap kasus kematian Novia bisa diungkap seterang-terangnya dan semua orang yang bertanggung jawab bisa mendapat ganjarannya tanpa pandang bulu.

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here