Monday, 6 May 2024
HomeBeritaDampak Musim Dingin Ekstrem di Timur Mediterania, Iran Berhenti Mengekspor Gas

Dampak Musim Dingin Ekstrem di Timur Mediterania, Iran Berhenti Mengekspor Gas

Bogordaily.net dingin ekstrem yang melanda wilayah timur mencuatkan angka konsumsi energi rumah tangga. Akibatnya, berhenti mengekspor gas yang memaksa Turki memadamkan mesin industri selama tiga hari.

Setidaknya hingga Kamis, 27 Januari 2022, pabrik-pabrik besar di Turki harus padam menyusul larangan penggunaan gas untuk keperluan industri. Penyebabnya adalah kelangkaan gas akibat lonjakan konsumsi rumah tangga di yang memasok sebagian besar cadangan gas Turki.

Pekan lalu menghentikan aliran gas alam kepada Turki selama 10 hari, dengan dalih gangguan teknis. Turki selama ini mengimpor 10% kebutuhan gas selama dingin dari .

“Gas alam menyumbang 30 persen pada produksi listrik di Turki. Hal ini merupakan pemadaman paling lama akibat pemotongan pasokan gas,” kata Olgun Sakarya dari Asosiasi Insinyur Kelistrikan Turki, kepada dpa. “Turki tidak punya rencana cadangan yang layak atau punya sumber daya alternatif,” imbuhnya.

Krisis gas diperparah dengan badai salju yang saat ini melanda sebagian kawasan Turki dan Yunani. Bandar udara Istanbul sempat tutup selama 24 jam pada Senin (25/01), sebelum dibuka kembali dengan jumlah penerbangan terbatas.

Tutupan salju yang tebal juga melumpuhkan transportasi di kota-kota besar. Akibatnya, pemerintah kota Istanbul melarang kegiatan komersil di pusat kota demi mencegah jatuhnya korban tambahan.

Turki selama ini bergantung dari , Rusia dan Azerbaijan untuk mengamankan cadangan gasnya. Hambatan terutama terletak pada jiran di selatan, yang kewalahan meredam lonjakan konsumsi gas rumah tangga akibat temperatur udara yang rendah.

Kementerian Perminyakan mengimbau masyarakat untuk menggunakan pakaian hangat di rumah demi menghemat bahan bakar gas. “Konsumsi gas bisa dikelola dengan baik dengan memakai pakaian hangat dan mematikan pemanas ruangan jika keluar rumah,” kata Menteri Perminyakan Javad Owji, seperti dilansir kantor berita Shana.

“Kami memohon kepada masyarakat untuk menghemat konsumsi gas agar kita bisa melewati 10 hari ke depan tanpa masalah apapun,” imbuhnya.

Owji mengatakan dalam 24 jam, sebanyak 892 juta kubik meter gas dibakar untuk keperluan “domestik, komersil, dan sektor industri kecil dan menengah.” Rekor terbesar dicatat pada 22 November 2021 lalu, ketika konsumsi gas harian mencapai 748 juta kubik meter.

Di Turki dan , pengelola pembangkit listrik yang tidak lagi diizinkan membakar gas, mulai beralih menggunakan jenis bahan bakar yang lebih kotor. Akibatnya adalah polusi berupa asap pekat yang menggelayut di langit kota-kota besar.

Badai salju juga menyapu wilayah timur laut Suriah yang menampung kantung-kantung pengungsi. Di sekitar kota-kota seperti Idlib dan Aleppo, ribuan tenda pengungsi dilaporkan rusak akibat badai, lapor organisasi bantuan kemanusiaan Jerman, Welthungerhilfe, Selasa, 25 Januari.

“Situasi bagi penghuni kamp sangat menyedihkan, Kasur-kasur mereka basah dan tidak bisa dikeringkan. Tidak ada selimur. Kebanyakan pengungsi juga tidak punya uang buat memanaskan rumah di tengah suhu yang dingin,” kata Else Kirk, Koordinator Welthungerhilfe untuk Suriah.

Menurut PBB, sebanyak 250.000 pengungsi terdampak langsung oleh curah salju atau hujan yang tinggi, dan suhu udara yang membeku. Koordinator bantuan PBB untuk Suroah, Mark Cutts, mengaku mendapat laporan tentang “skenario horor asli” akibat cuaca dingin selama beberapa hari terakhir.***

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here