Friday, 26 April 2024
HomeBeritaKerentanan Mental Jadi Potensi Bunuh Diri yang Mengintai Generasi Muda

Kerentanan Mental Jadi Potensi Bunuh Diri yang Mengintai Generasi Muda

Bogordaily.net merupakan salah satu persoalan yang timbul di tengah masyarakat sebagai reaksi terhadap suatu permasalahan yang dihadapi. Keinginan melakukan umumnya selain disebabkan faktor tekanan eksternal yang mempengaruhi, juga dipicu oleh kerentanan mental seseorang.

Meski kasus bisa terjadi pada berbagai lapisan masyarakat, namun dalam kasus tertentu  terjadinya perilaku ini, karena kerentanan mental juga mengintai generasi muda.

Pada tahun 2019, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa kasus adalah faktor penyebab kematian kedua tertinggi pada orang berusia 15-29 tahun. Laporan tersebut menjelaskan, salah satu faktor yang menyebabkan seseorang berisiko melakukan adalah ketidakmampuan menghadapi tekanan atau stres dalam hidup.

Jurnal Intuisi Universitas Semarang pada April 2021, menyajikan hasil riset lain yang dilakukan  Eskin et al, pada tahun 2019.

Jurnal tersebut memperlihatkan hasil penelitian Eskin terhadap 8.417 mahasiswa dari 12 negara mayoritas Muslim, dimana lebih banyak mahasiswa dari Azerbaijan, Indonesia dan Arab Saudi yang memiliki pemikiran untuk dibandingkan dengan mahasiswa di Mesir, Yordania, Lebanon, dan Malaysia.

Hal ini mendorong mereka melakukan kajian lebih lanjut tentang hubungan antara respon perilaku religius (religious coping) seseorang dalam menghadapi stres dan tekanan keinginan melakukan (suicide ideation) pada mahasiswa.

Penelitian dilakukan terhadap 247 mahasiswa dengan rentang usia  17-35 tahun, yang mayoritas berjenis kelamin perempuan dan beragama Islam.

Hasil penelitian tersebut mengungkapkan, sebanyak 90,7% mahasiswa memilih metode religious coping yang positif, sementara 6,9 % memilih metode religious coping negatif dan sisanya sebanyak 2,4 persen memilih kedua metode tersebut.

Religious coping positif adalah karakter beragama seseorang  yang memandang bahwa tekanan yang mereka hadapi adalah ujian Tuhan agar menjadi lebih baik, sehingga mereka  lebih mendekatkan diri dengan Tuhan.

Sementara pada religious coping negatif, seseorang cenderung menyalahkan Tuhan, mempertanyakan kasih sayang Tuhan, serta menyalahkan pihak lain atas permasalahan yang mereka hadapi. Dalam hal ini, kerentanan mental seseorang menjadi tolak ukur dalam dirinya.

Penelitian ini memperlihatkan sebanyak 84% mahasiswa tidak memiliki keinginan dan merasa mampu mencari alternatif solusi untuk permasalahannya. Sementara terdapat 15,4% mahasiswa yang memiliki keinginan serius untuk melakukan tindakan .

Mereka mengaku ingin hidupnya berakhir, ingin menyerah, merasa terbebani, pernah melakukan percobaan bunuh diri dan merasa masalahnya hanya bisa berakhir dengan bunuh diri.

Penelitian ini juga memberikan penjelasan bahwa semakin tinggi nilai religious coping positif semakin rendah tingkat keinginan bunuh diri.

Sebaliknya, jika nilai religious coping negatif ini semakin tinggi maka keinginan bunuh diri juga akan meningkat.
Para peneliti menyebut bahwa orang yang cenderung mempertanyakan kuasa Tuhan atas masalahnya cenderung akan menganggap harus menanggung masalah tersebut sendiri.

Namun ketika menghadapi situasi yang sulit untuk menemukan solusi masalahnya akan melakukan bunuh diri.
Studi ini memberikan gambaran tentang keadaan mental yang harus dimiliki ketika seseorang menghadapi masalah yang rumit.

Memperkuat hubungan religius dengan baik kepada Tuhan serta tetap berpikir positif adalah sikap yang dapat mengurangi risiko bunuh diri. Sebaliknya, karakter mental yang negatif akan meningkatkan intensitas keinginan untuk melakukan bunuh diri.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here