Bogordaily.net–  Beragam makanan khas Jawa bisa memanjakan hampir semua jenis selera. Tak hanya lezat, makanan khas Jawa juga dipercaya memiliki filosofinya tersendiri. Pemberian nama berbagai makanan ini pun memiliki doa atau harapan tersendiri bagi siapa pun yang mencobanya. Dengan mengetahui filosofi makanan khas Jawa, kita akan teringat akan nilai kehidupan setiap kali menyantapnya. Berikut makna filosofis yang ada di berbagai makanan khas Jawa sebagaimana dirangkum dari Suara.com.
Nasi Tumpeng
Nasi tumpeng merupakan makanan khas Jawa yang kerap disajikan dalam berbagai acara besar, seperti hari jadi, atau upacara adat. Nasi tumpeng biasanya berupa nasi kuning yang dilengkapi dengan berbagai lauk yang mengelilinginya. Filosofi bentuk nasi yang menggunung adalah tempat yang dekat dengan langit atau surga. Maksudnya adalah keberadaan Tuhan dalam posisi tertinggi yang menguasai dunia seisinya. Bentuk menggunung ini juga dipercaya mengandung harapan supaya hidup makin sejahtera.
Klepon
Makanan khas Jawa satu ini identik dengan warna hijaunya. Bukan tanpa alasan, warna ini dianggap sebagai lambang dari kesederhanaan dan kesuburan. Oleh karena itu, klepon hampir tidak pernah absen sebagai sajian dalam acara syukuran di zaman dahulu. Warna hijau ini didapatkan dari pewarna alami yaitu daun pandan. Rasa klepon yang manis dengan gula jawa lumer di dalamnya membuat siapapun menyukainya.
Sayur Lodeh
Sayur yang terdiri dari 12 bahan seperti lab kuning, terong, kluwih, kacang panjang, daun so, labu siam, pepaya muda, kol, sayur bayung, nangka muda, terong, melinjo, dan kecambah ini menjadi salah satu sajian yang kerap muncul dalam acara selamatan.
Pemilihan 12 macam sayur ini rupanya memiliki filosofi sendiri, yaitu angka 1+2 yang menghasilkan angka 3. Dalam filosofi Jawa diartikan sebagai upaya pencarian perlindungan dari yang Maha Kuasa. Sementara itu, kuah sayur yang digunakan juga dipercaya sebagai penawar racun duniawi, terutama dari sisi kemewahan.
Lemper
Nama lemper sendiri merupakan singkatan dari yen dialem atimu ojo memper yang berarti ketika mendapat pujian dari orang lain, hati tidak boleh jadi sombong. Sementara itu, jika diartikan secara filosofis, lemper merupakan makanan khas Jawa yang menjadi simbol persaudaraan. Maka, tidak heran jika lemper tidak pernah absen dari berbagai acara perayaan.
Apem
Jajanan pasar satu ini rupanya bukan hanya lezat tapi juga memiliki makna yang mendalam. Apem sendiri dipercaya dibawa oleh Ki Ageng Gribig usah ibadah haji. Oleh karena itu, nama apem diyakini diambil dari kata afwan atau affawun yang berarti maaf atau mohon ampun. Dari sini dapat disimpulkan bahwa apem merupakan simbol permintaan maaf manusia kepada yang maha kuasa.***