Saturday, 27 April 2024
HomeBeritaNupur Sharma Politis India si Penghina Nabi Muhammad yang Menggemparkan Dunia

Nupur Sharma Politis India si Penghina Nabi Muhammad yang Menggemparkan Dunia

Bogordaily.net membawa mimpi buruk bagi , gara-gara pernyataan kontroversial tentang Nabi Muhammad. Inda kini jadi musuh bersama negara-negara muslim.

Dibeberapa negara produk-produknya diboikot. Para duta besarnya dipanggil untuk. Kecamat terhadap pun datang dari berbagai negara termasuk Indonesia.

Pernyataan yang dikeluarkan dalam debat televisi kurang dari dua pekan lalu, membuat marah warga Muslim di dan juga belasan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Di Indonesia, Kementerian Luar Negeri telah memanggil Duta Besar di Jakarta, Manoj Kumar Bharti.

“Indonesia mengutuk keras pernyataan yang merendahkan Nabi Muhammad SAW oleh dua orang politisi . Pesan ini telah disampaikan kepada Duta Besar di Jakarta,” tulis akun Twitter resmi @Kemlu_RI.

Sebagai buntut dari kejadian tersebut, BJP mengeluarkan Sharma dari keanggotaan partai. Demikian juga kepala bagian media BJP di Delhi, Naveen Kumar Jindal, lantaran membagikan tangkapan layar pernyataan Sharma.

BJP menyatakan “menentang ideologi yang menghina atau merendahkan sekte atau agama ” dan menambahkan bahwa partai itu tidak “mempromosikan orang-orang atau filosofi seperti itu”.

Siapa sebenarnya?

Sebelum diberhentikan, pengacara berusia 37 tahun adalah sosok yang dicari-cari sebagai “juru bicara resmi BJP” yang tampil dalam debat televisi setiap malam untuk mewakili dan sekaligus membela pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi.

Mengambil jurusan hukum di Universitas Delhi, Sharma merintis karier politiknya pada 2008. Ketika itu dia dipilih sebagai ketua persatuan mahasiswa yang dicalonkan oleh Akhil Bharatiya Vidyarthi Parishad (ABVP), sayap mahasiswa dari gerakan nasionalis Hindu, Rashtriya Swayamsevak Sangh.

Karier politiknya menanjak pada 2011 ketika dia kembali ke India setelah meraih gelar strata dua di bidang hukum bisnis internasional di London School of Economics.

Karena berani dan blak-blakan dalam mengutarakan pandangan baik dalam bahasa Inggris maupun Hindi, Sharma mendapat posisi di dalam komite media BJP untuk pemilihan anggota parlemen Delhi pada 2013.

Selang dua tahun kemudian, ketika pemilu digelar, dia menjadi kandidat BJP untuk melawan Gubernur Delhi, Arvind Kejriwal.

Dia tidak dijagokan untuk menang, namun kampanyenya yang berapi-api membuat dia menjadi sorotan. Oleh BJP, Sharma lantas ditunjuk sebagai juru bicara resmi partai di Delhi. Kemudian pada 2020, dia menjadi “juru bicara nasional” untuk BJP.

Dalam beberapa tahun terakhir, Sharma menjadi wajah yang familiar bagi penonton televisi di India. Kerap dia terdengar berteriak dan mengolok-olok lawan politiknya.

Pada potongan video yang beredar di Twitter baru-baru ini, Sharma menyebut seorang panelis “munafik dan pembohong” serta meminta agar dia “tutup mulut”.

Ketika dia membagikan klip video itu kepada para pendukungnya melalui akun Twitter–Perdana Menteri Narendra Modi salah satu di antara setengah juta pengikutnya–penyokongnya memuji Sharma dengan sebutan “singa betina, pejuang tangguh dan tak kenal takut”.

Namun, sikap Sharma sama sekali berbeda setelah didepak BJP. Sharma menulis bahwa dirinya menarik pernyataannya “tanpa syarat”. Meski demikian, dia berdalih bahwa komentarnya dilontarkan sebagai respons atas “hinaan terus-menerus terhadap dewa umat Hindu, Shiva”.

Apa latar belakang ujaran Sharma soal Nabi Muhammad?
Komentar Sharma soal Nabi Muhammad dilontarkan dalam perdebatan kasus Masjid Gyanvapi.

Kasus itu mengemuka ketika sejumlah umat Hindu mengklaim bahwa masjid di kota suci Varanasi dibangun di atas reruntuhan kuil Hindu dari abad ke-16 yang dihancurkan Kaisar Mughal Aurangzeb pada 1669. Atas dasar itu, ada umat HIndu yang meminta izin kepada pengadilan untuk beribadah di kompleks masjid tersebut.

Pengadilan kemudian mengeluarkan perintah kontroversial yang memperbolehkan survei menggunakan rekaman video di masjid. Rekaman video disebut-sebut menampilkan pilar batu yang diklaim para pengaju petisi sebagai Sivalinga atau simbol Dewa Shiva. Namun, pihak masjid berkeras itu adalah air mancur.

Silang pendapat ini digelar di pengadilan, namun perdebatan serupa juga berlangsung tanpa henti di televisi. Sharma berada di kubu nasionalis Hindu yang melontarkan pendapatnya secara blak-blakan.

Pada 27 Mei, komentarnya soal Nabi Muhammad dianggap banyak pihak sudah keterlaluan.

Kecaman bermunculan, akhir karier ?
Setelah wartawan dan pemeriksa fakta, Mohammed Zubair, membagikan klip video pernyataan Sharma soal Nabi Muhammad ke Twitter, Sharma mencuit kepada Kepolisian Delhi.

Dalam cuitan itu, dia mengaku “dibombardir dengan ancaman pemerkosaan, pembunuhan, dan pemenggalan terhadap adik perempuan, ibu, ayah, dan saya sendiri”.

Sharma menuding Zubair “memicu narasi palsu untuk meracuni atmosfer, menimbulkan ketidakselarasan komunal dan menargetkan kebencian terhadap saya dan keluarga saya”.

Pada cuitan itu, dia turut menambahkan PM Modi, Menteri Dalam Negeri Amit Shah, dan Ketua BJP, JP Nadda.

Tiga hari kemudian, dia mengatakan kepada pewawancara bahwa “kantor perdana menteri, kantor kementerian dalam negeri, dan kantor pimpinan partai berada di belakang mendukung saya”.

Masalah mulai meruncing pada Jumat (03/06) ketika sebuah aksi protes umat Muslim di Kanpur, kota di Negara Bagian Uttar Pradesh, berubah menjadi aksi kekerasan.

Akan tetapi, Sharma dan BJP tidak lagi bisa berkutik setelah negara-negara di Timur Tengah mengecam pernyataan Sharma. Kuwait, Iran, dan Qatar memanggil duta besar India. Kemudian Arab Saudi merilis pernyataan keras. Bahkan Uni Emirat Arab yang berhubungan baik dengan India, mengkritik komentar Sharma.

Dalam beberapa hari terakhir, tuntutan agar Sharma ditangkap atas “komentar yang menghujat” semakin kencang. Kepolisian di sejumlah negara bagian yang dikuasai oposisi juga menggelar penyelidikan terhadapnya.

Pada Selasa (07/06), Kepolisian Delhi memperketat pengamanan terhadap Sharma dengan alasan bahwa dia diancam oleh sebuah kelompok militan.

Namun, sejak Sharma didepak, dukungan terhadapnya berkembang. Tagar seperti #ISupportNupurSharma dan #TakeBackNupurSharma menjadi tren di media sosial dengan puluhan ribu warganet India menyanjungnya.

Beberapa pengamat politik juga menyindir bahwa banyak politisi top India bisa lolos setelah melontarkan ujaran kebencian. Artinya, kontroversi ini mungkin bukan akhir dari karier politik Shrma. ***

Sumber: suara.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here