Bogordaily.net– Protes aset deposito dibekukan di Bank Rakyat China, ratusan warga berdemo di Kota Zhengzhou, China. Aksi unjuk rasa ini merupakan salah satu yang terbesar di China sejak pandemi Covid-19.
Dilansir CNN Indonesia, sebagaimana diberitakan CNN, pendemo tiba di bank sebelum fajar. Beberapa dari mereka bahkan datang pada pukul 04.00 waktu setempat. Massa memenuhi tangga di depan bank, sambil meneriakkan slogan dan membawa spanduk protes.
“Bank Henan, kembalikan tabungan kami!” teriak pendemo yang juga mengibarkan bendera China.
Bendera China kerap digunakan untuk menunjukkan patriotisme dalam protes. Mereka juga membawa spanduk berisi tolak korupsi dan kekerasan pemerintah Henan.
Ratusan polisi dan personel militer ditempatkan dan memenuhi lokasi demo. Mereka meneriakkan badan tersebut sebagai “gangster.” Demo berlangsung hingga pukul 11.00 waktu setempat. Kala itu, banyak petugas keamanan mulai menyerbu tangga dan menyerang kepolisian.
Sementara itu beberapa saksi dan video media sosial menyebut demo berubah ricuh. Polisi sempat menyeret pendemo ke bawah tangga dan memukul pemrotes yang menolak ikut, termasuk perempuan dan lansia.
Salah satu perempuan dari Provinsi Shandong mengaku sempat didorong hingga jatuh oleh dua petugas keamanan. Mereka juga memelintir tangannya hingga terluka.
“Kenapa petugas pemerintah memukuli kami? Kami hanya warga sipil yang meminta tabungan kami kembali, kami tidak melakukan kesalahan,” kata perempuan itu.
Sementara itu, pria 27 tahun asal Shenzhen dengan marga Sun menyampaikan ia sempat ditendang oleh tujuh sampai delapan petugas keamanan sebelum dibawa pergi.
Kepolisian di Xuchang, kota tetangga Zhengzhou, menyampaikan mereka telah menangkap beberapa orang yang diduga terlibat dalam kelompok kriminal. Mereka dituduh mengendalikan bank Henan sejak 2011 dengan memanfaatkan kepemilikan saham dan memanipulasi eksekutif bank.
Sementara itu sejak April, empat bank lokal di Provinsi Henan China telah membekukan jutaan dolar deposito. Tindakan ini mengancam kehidupan ratusan ribu nasabah di tengah ekonomi yang memburuk imbas lockdown akibat pandemi Covid-19.***