Friday, 29 March 2024
HomeNasionalBMKG Jelaskan Penyebab Turun Hujan di Musim Kemarau

BMKG Jelaskan Penyebab Turun Hujan di Musim Kemarau

Bogordaily.net – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika () menjelaskan penyebab yang masih terjadi di musim kemarau tahun ini, yakni karena masih aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan.

Guswanto Deputi Bidang Meteorologi dalam keterangannya, Sabtu, 16 Juli 2022 menjelaskan, dinamika atmosfer skala globalregional yang cukup signifikan seperti fenomena La Nina yang pada bulan Juli ini diidentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah.

“Kondisi tersebut masih turut berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia,” ujar Guswanto.

Selain La Nina, kata Guswanto, penyebab di musim kemarau juga karena adanya fenomena Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia saat ini juga menunjukkan indeks yang cukup berpengaruh dalam memicu peningkatan curah terutama di wilayah Indonesia bagian barat.

Sementara itu, dalam skala regional, terdapat beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan , yaitu: MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby yang terjadi pada periode yang sama.

“Adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Sumatra bagian selatan dan di Jawa bagian barat juga mampu meningkatkan potensi pembentukan awan di wilayah tersebut didukung dengan anomali suhu muka laut positif yang dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer,” jelasnya.

BMKG memprediksi potensi untuk periode sepekan ke depan (16 – 23 Juli 2022) dengan intensitas sedang-lebat dapat terjadi di beberapa wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

intensitas ringan hingga sedang masih dapat terjadi di beberapa wilayah seperti Aceh, Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan.

“Sementara itu untuk wilayah Jabodetabek masih perlu diwaspadai potensi Sedang-Lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di pada siang-sore hari terutama di wilayah barat, timur, dan selatan,” ujar Guswanto.

Dia juga mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai terhadap kemungkinan adanya potensi yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang. Terkait musim kemarau, Guswanto pun mewanti-wanti agar masyarakat waspada terhadap dampak kekeringan.

(Riyaldi Suhud)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here