Saturday, 27 April 2024
HomeBeritaDaya Konsumtif Masyarakat Tinggi, Ini Penyebabnya

Daya Konsumtif Masyarakat Tinggi, Ini Penyebabnya

Bogordaily.net – Memasuki era , daya konsumtif masyarakat semakin tinggi. Mereka dituntut untuk dapat beraktivitas kembali dengan tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus Covid-19 melalui penerapan 'Aktivitas zaman now'.

“Keterbatasan untuk melakukan transaksi secara tatap muka membuat masyarakat lebih banyak berbelanja melalui . Khususnya selama masa pandemi covid-19, perilaku konsumen berubah untuk berbelanja dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari”. Kata Marsha salah satu mahasiswi Universitas Pakuan Bogor sebagai konsumen salah satu e-commerece nomer satu diindonesia.

Zaman sekarang ingin belanja online sangat mudah asal memiliki gawai dan koneksi internet. Belanja online sangat digemari berbagai kalangan, mulai kalangan remaja sampai orang tua. Saat ini, memang apa-apa serba online dari bekerja, bersekolah, dan tidak terkecuali berbelanja. Hal ini terjadi berawal saat pandemi covid-19.

Demikian Situs belanja online saat ini kian berjaya. Hampir setiap bulan para e-commerece memeberikan layanan terbaiknya kepada para konsumen seperti promo yang dibuat semenarik mungkin. Hal ini situs belanja kian digempari oleh para masyarakat.

Alasan para konsumen lebih memilih belanja online karena barang yang dijual beragam, mudah membandingkan harga, lebih menghemat waktu dan tenaga serta sistem pembayaran yang mudah. Dengan mudahnya mengakses saat ini para masyarakat pasti lebih memilih belanja melalui online.

Meskipun sudah banyak kejadian seperti penipuan melalui situs belanja online. Berita penipuan jutru menjadikan para pelanggan lebih jeli. Misalnya saja, dengan memperhatikan rating maupun testimonial di toko tersebut.

Namun dengan begitu masyarakat kini menjadi kecanduan dalam berbelanja online . Yang mana perilaku konsumtif para masyarakat terlihat sebagai masyarakat yang kontemporer sebagai masyarakat konsumsi.

Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya analisi sosial pada aspek produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial.

Memasuki era digital, teori konsumsi semakin mendapat panggung, seperti munculnya konsep Prosumer dimana perilaku manusia seakan tak henti dalam dalam proses produksi dan konsumsi.

Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak terencana. Pada banyak kasus, perilaku konsumtif ini tidak berdasarkan pada kebutuhan, tetapi didorong oleh hasrat dan keinginan.

Teori Konsumsi yang terjadi saat ini semua masyarakat berbelanja lewat online dengan adanya fitur-fitur yang menarik serta tawaran harga besar-besaran membuat banyak sekali masyarakat yang selalu membeli barang-barang yang bahkan tidak terlalu berguna, dan menjadikannya pola hidup yang konsumtif.
Karena sifat konsumtifnya, manusia menjadi ketergantungan dalam berbelanja online.

Perilaku konsumtif akan menimbulkan dampak negatif, terutama bagi remaja. Dampak negatif perilaku konsumtif antara lain kecemburuan sosial, mengurangi kesempatan untuk menabung dan cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang.

Contohnya ketika Marsha membeli barang-barang yang lucu dan ia hanya memikirkan kelucuan dari barang tersebut dibandingkan kegunaanya, padahal barang tersebut tidak terlalu berguna untuknya.

Seharusnya ia bisa pergunakan uangnya untuk memenuhi kebutuhannya yang lain dan bisa ia tabung untuk keperluan yang akan mendatang.

Maka dari itu kita harus lebih bijak dalam mengatur hasrat dan keinginan kita. Supaya sifat konsumtif pada diri kita tidak menjadi kebiasaan dalam hidup.

Penulis:
Ina Elfita Rahmawati
Bayu Setiawan
Muhammad Fikri
Sophi Mulia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here