Saturday, 20 April 2024
HomeBeritaKisah Jamaah Haji Salurkan Kebutuhan Biologisnya, Sampai Berembuk Tentukan di Tempat

Kisah Jamaah Haji Salurkan Kebutuhan Biologisnya, Sampai Berembuk Tentukan di Tempat

Bogordaily.net – Bilik ‘Cinta’ untuk pasutri Jemaah Haji Indonesia di Tanah Suci punya ceritanya sendiri untuk menyalurkan kebutuhan biologis.

Para jamaah haji sampai harus berembuk untuk menentukan bilik cinta bagi para jamaah haji Indonesia itu untuk kebutushan biologis itu.

Maklum, kebutuhan biologis juga sangat penting. Bila ibadah haji sudah selesai seperti saat ini, maka segala larangan yang mengikat ikut gugur. Kebutuhan suami istri yang satu ini pun menjadi tak terlarang dilakukan.

Nah, untuk kebutuhan terakhir ini susah-susah gampang. Pasalnya, untuk memenuhi hajat hidup yang satu ini, tak ada dalam paket fasilitas haji yang ditawarkan oleh Kementerian Agama.

Ya, meski kebutuhan suami istri ini adalah hal yang sangat normal, tapi nyatanya, untuk memenuhinya, jemaah haji harus mencari jalan keluarnya sendiri.

Jemaah haji asal Surabaya, Jawa Timur, yang bermukim di pemondokan Hotel Arkan Bakkah, kawasan Mahbas Jin, Mekkah, menjadi contoh. Mereka yang bermukim di lantai 3 sampai menggelar ‘rapat darurat’ untuk menyelesaikan masalah satu ini.

Macam-macam usulan yang muncul. Ada usulan mengosongkan satu kamar, khusus untuk dibuat kamar memadu kasih suami istri.

“Awalnya malah ada usulan satu kamar dibuat secara bersamaan. Antar tempat tidur disekat seadanya,” kata Dikky Syadqomullah, seorang jemaah di sana kepada Tim Media Center Haji, Jumat 15 Juli 2022 seperti dikutip dari suaracom.

Usulan ini tak diterima jemaah lain. “Sebagian jemaah menganggap memenuhi kebutuhan pasutri tak pantas rasanya bila dilakukan bersamaan dalam satu tempat yang sama,” kata Dikky.

Dikky bersama rekan-rekan sekamarnya kemudian mengalah untuk bersama. Secara sukarela, mereka merelakan kamar mereka untuk dipakai sebagai bilik pasutri.

Mereka hanya mengajukan satu syarat : satu kamar harus digunakan secara bergantian. Kamar untuk kebutuhan pasutri ini, di pemondokan ibadah haji Indonesia, kerap diistilahkan sebagai ‘kamar barokah’.

Jam pakainya, dipersilakan siang hingga maghrib. Untuk malam, justru kamar tutup.

“Soalnya kalau malam kami yang punya kamar kan juga capek, perlu istirahat. Kalau siang, kami tinggal ibadah,” ujar pria yang mengajar di Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.

Tak ada syarat khusus untuk menggunakan kamar ini, selain tentu saja, harus berstatus suami istri. Dikky mengatakan, masing-masing pasutri biasanya juga sudah tahu sama tahu untuk menjaga kebersihan.

“Ya kan malu juga masak di kamar orang meninggalkan ‘jejak,'” kata Dikky sambil tertawa.

Adanya fenomena kamar barokah ini disikapi tersendiri oleh Muhammad Khoirul Muttaqin, anggota Amirul Hajj 2022 dari Kementerian PMK.

Menurut Khoirul, urusan penyaluran kebutuhan suami istri sudah lama jadi isu tahunan. Ia pun menyarankan, negara sebaiknya hadir dalam urusan tersebut.

“Saya dengar jemaah akhirnya saling menyediakan karena tahu bila ini keperluan mendasar manusia. Negara sebaiknya hadir, agar bisa lebih rapi dan tertib, dan tidak menyusahkan jemaah,” ujar Khoirul, ditemui di Jeddah, Sabtu 16 Juli 2022.

Khoirul mengatakan, terkadang jemaah merasa susah, karena harus mencari sewaan apartemen dan kamar di mukimin, atau WNI yang berdomisili di Tanah Suci.

Menurut Khoirul, kebutuhan suami istri ini bukan hal tabu untuk menjadi pembahasan dalam penyelenggaraan haji. Pasalnya, hubungan suami istri adalah hal yang normal.

Bahkan, ada fenomena lain yang terjadi saat musim haji. “Sekarang ini, pasangan haji yang masih muda, malah mencari tempat tersebut, karena sudah ada niatan untuk mencetak ‘kader’ di tanah suci,” kata Khoirul. ***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here