Bogordaily.net– Merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharram umat Islam di Indonesia memiliki tradisi yang unik di masing-masing daerah. Keunikan tradisi tersebut juga tampak dalam hidangan Tahun Baru Islam yang disajikan di berbagai daerah untuk merayakan momen sakral tersebut.
Masing-masing suku dan kelompok masyarakat memiliki hidangan khasnya masing-masing yang sarat akan simbol filosofis terhadap momen 1 Muharram.
Tak hanya filosofis, hidangan-hidangan tersebut juga terkenal karena kelezatannya dan dinanti-nanti oleh masyarakat, khususnya yang merayakan momen Tahun Baru Islam. Dilansir Suara.com, berikut 5 hidangan Tahun Baru Islam di berbagai daerah di Indonesia.
Tumpeng
Masyarakat suku Jawa memiliki sebuah hidangan unik yang sarat akan nilai filosofis yakni nasi tumpeng. Nasi kuning yang berbentuk kerucut tersebut memiliki makna perlambangan hubungan manusia dengan Tuhan.
Mengutip laman situs Akademi Tata Boga Bandung, tumpeng merupakan singkatan dari “tumapaking penguripan-tumindak lempeng tumuju Pangeran” yang berarti hiduplah menuju Tuhan. Sehingga, tumpeng kerap dihidangkan di berbagai momen sakral, termasuk perayaan Tahun Baru Islam.
Bubur Suro
Masyarakat Jawa juga menghidangkan bubur suro saat Tahun Baru Islam. Berbeda dengan bubur biasa, bubur suro memiliki warna kuning yang khas. Bubur suro juga memiliki aroma wangi dan rasa yang gurih, ditambah dengan berbagai macam lauk pendamping.
Pemerhati budaya Jawa, Arie Novan menjelaskan bahwa bubur suro telah dinikmati masyarakat Jawa saat Tahun Baru Islam sejak masa pemerintahan Sultan Agung.
“Konon ini kan sudah ada sejak Sultan Agung bertahta di Jawa, terlepas dari apapun itu tentu bubur Suro ini merupakan refleksi dari masyarakat Jawa atas berkah dan rezeki yang di berikan Allah SWT kepada mereka,” ujarnya.
Ayam Ingkung
Ayam ingkung juga menjadi sajian Tahun Baru Islam yang ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Istilah ayam ingkung merujuk pada satu ekor ayam utuh yang dimasak dengan berbagai bumbu dan rempah-rempah. Ayam ingkung juga merekatkan persaudaraan antar individu dalam memanjatkan rasa syukur lantaran dinikmati secara bersama-sama.
Apem
Apem atau kue apam dan berbagai nama unik sesuai daerah juga dinikmati saat momen Tahun Baru Islam. Masyarakat di berbagai daerah di Indonesia baik di pulau Sumatera hingga Jawa telah mengenal kue ini dan menikmatinya dalam momen suci tersebut.
Penyajian kue ini juga berbeda di tiap daerah, sebagai contoh masyarakat di Samarinda mengenalnya dengan sebutan Apam Selong yang disajikan dengan kuah. Konon, kue apem memiliki pengaruh dari Arab yang dibawa oleh seorang raja Nusantara ketika usai menunaikan ibadah haji, sebagaimana dikutip dari buku Belajar dari Makanan Tradisional Jawa.
Bubur merah putih
Tak hanya bubur suro, bubur merah putih atau jenang sengkolo juga tak pernah absen dari perayaan Tahun Baru Islam. Bubur yang disajikan sebagai kudapan manis tersebut mengandung makna filosofis yakni melambangkan kehidupan baru manusia dari yang semula buruk menjadi suci.***