Friday, 26 April 2024
HomeBeritaDibuat Panik, Rebahan Jadi Ciri-Ciri Gangguan Jiwa? Ini Penjelasannya

Dibuat Panik, Rebahan Jadi Ciri-Ciri Gangguan Jiwa? Ini Penjelasannya

Bogordaily.net – Belum lama ini, sempat viral video TikTok yang menyebut bahwa rebahan dan malas mandi adalah tanda tahap awal. Benarkah apa yang dikatakan dalam video tersebut? Yuk simak faktanya berikut ini!

Rebahan sering disebut orang-orang sebagai privilege, sampai Kadang-kadang ada orang yang kegiatannya banyak banget gak sempat buat rebahan.

Banyak orang dengan seperti depresi mengalami kelelahan. Hal ini juga bisa disalahartikan sebagai kemalasan, seperti suka rebahan dan malas mandi.

Pada jaman serba teknologi cepat ini, informasi-informasi mengenai memang mudah untuk didapatkan dari berbagai platform, termasuk informasi dan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan problem yang kita alami.

Namun, tidak jarang informasi tersebut akhirnya dijadikan sebagai acuan untuk mendiagnosis permasalahan yang dialami.

Dilansir dari sonora.id, disampaikan oleh Retha Arjadi, MPsi, seorang psikolog dari UNIKA Atmajaya beberapa waktu lalu, mendiagnosa diri sendiri merupakan sebuah tindakan yang dikategorikan sangat berbahaya bagi fisik serta mental seseorang.

Dibeberkan oleh Retha, Mendiagnosis diri sendiri atau self diagnosis adalah kecenderungan yang berbahaya.

Contohnya seperti mencari bacaan di Google mengenai permasalahan depresi, dan ketika dibaca memunculkan statement “wah ini aku banget”, lalu seseorang tersebut percaya bahwa apa yang dirinya baca itu benar dan mengganggap sekarang dia ada di fase depresi.

Buat pecinta rebahan, gak usah panik! Rebahan itu wajib, tapi jangan dipersalah gunakan ya. Rebahan secukupnya aja, karena sesuatu yang berlebihan juga tidak baik.

Ingat, hanya profesional mental, seperti psikolog atau psikiater, yang bisa memberi diagnosis dan rencana perawatan yang akurat. Inilah pentingnya tidak mendiagnosis diri sendiri atau self-diagnosis, ketika mengalami tanda apapun.

Ketika kamu mendiagnosis diri sendiri, kamu pada dasarnya berasumsi bahwa kamu mengetahui seluk-beluk kondisi tersebut. Ini bisa sangat berbahaya, karena bisa kehilangan nuansa diagnosis.

Psikolog atau psikiater dapat membantu membedakan apakah yang dialami merupakan tanda . Misalnya dengan mempertimbangkan berapa lama perubahan suasana hati berlangsung, sehingga mereka dapat membuat diagnosis yang tepat.(*)

(Riyaldi)

 

Simak Video Lainnya dan Kunjungi Youtube BogordailyTV

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here