Friday, 22 November 2024
HomeBeritaKisah Abu Nawas dan Raja Harun Al Rasyid: Telur Dulu atau Ayam...

Kisah Abu Nawas dan Raja Harun Al Rasyid: Telur Dulu atau Ayam Dulu

Bogordaily.net – Kisah Abu Nawas dan Raja Harun Al Rasyid merupakan kisah klasik yang tak pernah bosan untuk dibaca.

Abu Nawas, salah seorang penyair terbesar dalam sastra Arab klasik, terkenal karena kebijaksanaan dan kelucuannya.

Kisah-kisah menarik Abu Nawas yang penuh hikmah telah tersebar luas.

Baca Juga: Libur Sekolah, Okupansi Hotel di Puncak Naik 60 Persen

Namun, ada satu kisah menarik yang sering menimbulkan penasaran banyak orang.

Kisah Abu Nawas dan Raja Harun Al Rasyid 

Yaitu kisah ketika Abu Nawas berhasil menjawab pertanyaan Raja Harun Al Rasyid mengenai apakah telur atau ayam yang lebih dulu diciptakan.

Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa kisah-kisah Abu Nawas yang ada sekarang hanyalah dongeng semata.

Oleh karena itu, kisah ini sebaiknya dijadikan pengetahuan dan diambil hikmahnya saja.

Latar Belakang Sayembara Raja

Raja Harun Al Rasyid merasa bahagia saat ayam betinanya bertelur.

Ia pun mendapatkan ide untuk mengadakan sayembara kepada rakyatnya.

Raja mengumpulkan orang-orang di lapangan yang luas dan memberikan pertanyaan yang menarik:

“Manakah yang lebih dulu diciptakan, telur atau ayam?”

Raja menjanjikan hadiah satu peti uang emas bagi siapa pun yang bisa menjawab dengan alasan yang logis.

Namun, jika tidak mampu menjawab, mereka akan dihukum dengan dipenjara.

Meskipun banyak yang tertarik dengan hadiah tersebut, banyak orang takut tidak mampu menjawab pertanyaan dengan alasan yang logis dan khawatir akan dihukum penjara.

Peserta Sayembara dan Aturan Main

Hanya empat orang yang nekat mengikuti sayembara tersebut, dan salah satunya adalah Abu Nawas.

Aturan sayembara ini adalah peserta harus menjawab dengan alasan yang masuk akal dan mampu menjawab sanggahan dari Raja.

Pertanyaan dan Jawaban Peserta

Pertama, peserta pertama maju dan menjawab bahwa telur lebih dulu ada.

Namun, ia tidak bisa menjawab sanggahan Raja dan akhirnya dijebloskan ke dalam penjara.

Kemudian, peserta kedua menjawab bahwa ayam dan telur tercipta bersamaan.

Meskipun tidak bisa menjawab sanggahan Raja, ia berharap agar tidak dihukum seperti peserta pertama.

Namun, ia juga tidak berhasil dan masuk penjara. Peserta ketiga menjawab bahwa ayam lebih dulu ada daripada telur.

Ia menjelaskan bahwa ayam betina pertama kali diciptakan, dan telur tersebut dierami sendiri hingga menetas menjadi ayam jantan.

Namun, ia tidak bisa menjawab sanggahan Raja dan ikut dijebloskan ke dalam penjara.

Jawaban Abu Nawas 

Sekarang giliran Abu Nawas, dengan yakin ia menjawab bahwa yang lebih dulu ada adalah telur.

Raja meminta penjelasan logis, dan Abu Nawas menjawab  bahwa ayam bisa mengenal telur, sementara telur tidak bisa mengenal ayam.

Mendengar alasan tersebut, Raja terdiam sejenak dan tidak bisa menyanggahnya. Penonton pun bersorak kegirangan.

Abu Nawas berhasil memenangkan sayembara dan berhak atas hadiah uang emas satu peti.

Pendapat Sains dan Satir

Meskipun dalam kisah ini Abu Nawas menjawab bahwa telur lebih dulu ada daripada ayam, dari segi sains sebenarnya pendapat yang benar adalah ayam yang lebih dulu ada.

Para peneliti dari Inggris menyimpulkan bahwa ayam adalah yang pertama ada berdasarkan penemuan senyawa protein bernama Ovo kreditin Seventeen yang ditemukan pada cangkang telur.

Protein ini berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat pembentukan cangkang telur dan ditemukan di ovarium ayam.

Tanpa protein tersebut, tidak mungkin ada cangkang telur.

Namun, dalam konteks kisah ini, jawaban Abu Nawas lebih berfungsi sebagai satir agar Raja Harun Al Rasyid tidak bisa membantah lagi.

Kesimpulan

Kisah Abu Nawas yang menghadapi pertanyaan Raja Harun Al Rasyid mengenai telur atau ayam memiliki hikmah yang dapat diambil.

Meskipun jawaban sains mengatakan ayam yang lebih dulu ada, kisah ini mengajarkan kita untuk berpikir secara logis, menghadapi tantangan dengan kecerdikan, dan menjunjung tinggi hikmah di balik cerita.

Akhirnya, kita harus mengakui bahwa hanya Allah yang Maha Mengetahui kebenaran sejati.

Demikian kisah Abu Nawas dan Raja Harun Al Rasyid.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here