Bogordaily.net – Pembangunan jalan tol Puncak nampaknya bakal menemui banyak kendala. Bahkan, bisa saja batal apabila hasil Feasibility Study (FS) dan Detail Engineering Design (DED) dinilai tak berkeadilan.
Suara-suara kekuatiran dan penolakan masyarakat akan tol Puncak ini sudah nyaring sejak setahun silam.
Kekuatiran dan penolakan ini terutama disampaikan oleh para pelaku usaha, pelaku bisnis wisata, dan umumnya para pedagang di sepanjang Jalan Raya Puncak Kabupaten Bogor.
Baca juga : King The Land Episode 11 Sub Indo Jadwal dan Link Nonton
Ketua Umum Presidium Masyarakat Bogor Selatan (PMBS), Muhsin, secara tegas menolak pembangunan jalan tol Puncak.
“Kami sejak lama menolak. Saya telah menyampaikan surat resmi penolakan rencana pembangunan jalan tol Puncak melalui Anggota DPR RI Dapil Kabupaten Bogor pak Mulyadi pada Februari 2022,” tegasnya, Jum’at, 21 Juli 2023.
Muhsin menandaskan, penolakan tersebut bukan tanpa dasar alasan.
“Kami sudah melakukan survei dan wawancara dengan hampir seluruh pelaku usaha, pedagang, pengelola tempat wisata, hotel dan restoran di Cisarua dan Megamendung, semua menolak dibangunnya jalan tol Puncak,” ungkapnya.
“Kami akan bela nasib para pedagang jalur Puncak. Jangan sampai pembangunan tol mengorbankan pedagang,” tandasnya.
Di samping itu, sambung Muhsin, jalan tol Puncak yang direncanakan membentang 50 kilometer dari sodetan tol Bocimi (Caringin) ke Cianjur via Cisarua Kabupaten Bogor ini melintasi medan yang cukup berat. Sebab bakal membelah hutan, sungai, perbukitan, gunung, dan permukiman warga.
Baca juga : Ramalan BMKG : Kota Bogor Cerah Berawan Sabtu 22 Juli 2023
“Sehingga dikuatirkan merusak keseimbangan ekosistem alam,” ucapnya.
Muhsin menegaskan, PMBS sejak lama menyodorkan solusi guna mengatasi kemacetan di sepanjang jalur Puncak yang paling bisa diterima secara adil adalah membuat underpass atau flyover di setiap titik kemacetan. Antara lain di Simpang Gadog, Simpang Megamendung, Simpang Hankam, dan Simpang Pasar Cisarua.
“Pembangunan underpass atau flyover jauh lebih baik. Anggarannya jauh lebih murah dibanding tol sekaligus tidak akan mematikan usaha masyarakat dan pedagang. Denyut pariwisata Puncak akan tetap hidup,” beber Muhsin. (Acep Mulyana)