Bogordaily.net – Pesugihan Gunung Kawi jadi bahan penelitian Mahasiswa Brawijaya.
Lima mahasiswa pemberani: Muhammad Harun Rasyid Al Habsyi, Zulfikar Dabby Anwar, Suntari Nur Cahyani, Anggi Zahwa Romadhoni, dan Andini Laily Putri, dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UB, memutuskan untuk menyibak tabir gelap pesugihan.
Mereka membawa isu yang jarang tersentuh, mengangkat ritual kuno di Gunung Kawi, Malang, Jawa Timur.
Perjalanan mereka adalah ekspedisi berani, menyelusuri makna-makna yang tersembunyi.
Dalam bimbingan Destyana Ellingga Pratiwi, SP, MP, MBA, mereka berusaha mengurai benang kusut antara pesugihan dan skizofrenia psikosis.
Tidak hanya itu, mereka ingin membuka mata masyarakat, membongkar rahasia terlarang itu.
Gunung Kawi sendiri menjadi tempat yang diyakini memiliki kekuatan gaib, belajar ilmu hitam, bahkan perolehan kesaktian.
Pesugihan, praktek yang melibatkan tumbal, menjadi bagian tak terpisahkan.
Peneliti muda ini menyusuri jejak-jejak gelap dengan wawancara mendalam, menggali cerita informan yang pernah berpartisipasi dalam ritual mistis pesugihan di Gunung Kawi.
Mereka mendapati pengalaman aneh, suara dan wajah-wajah tak terlihat.
Andini Laily Putri, salah satu anggota tim, membocorkan rahasia gelap itu.
Pesugihan tidak hanya mempengaruhi pelaku, tapi juga meneror keluarganya.
“Ritual pesugihan Gunung Kawi menciptakan ilusi, menghantui bahkan kerabat pelaku,” ujarnya.
Kisah horor ini tidak hanya berhenti di situ. Kerabat yang tidak berani disebutkan namanya mengeluhkan pengalaman mencekamnya, ragu apakah itu hanya ilusi atau kenyataan yang menakutkan.
Namun, penelitian belum berakhir. Data terus dianalisis. Temuan awal mengungkap keterkaitan kuat antara ritual pesugihan Gunung Kawi dengan kesehatan mental para pelaku.
Mereka mengingatkan bahwa diagnosis resmi dari ahli psikolog dan psikiater perlu untuk memastikan temuan ini.
Dengan penemuan ini, mereka berharap membuka wawasan baru, membongkar misteri psikologis di balik ritual pesugihan Gunung Kawi.
Penelitian ini tidak hanya berhenti di situ; mereka bermaksud merumuskan strategi rehabilitasi bagi pelaku pesugihan, membangun masa depan yang lebih terang.***