Bogordaily.net – Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menutup sementara jalur pendakian ke Kawah Ratu, Gunung Salak. Warga pun diimbau tetap waspada.
Hal tersebut dilakukan menyusul terjadinya 31 kali gempa tektonik di kawasan Gunung Salak, Kabupaten Bogor, sebagian Kabupaten Lebak-Banten dan Kabupaten Sukabumi.
Kepala Resor Polisi TNGHS, Sukiman, mengambil langkah untuk menutup sebagian akses jalur pendakian menuju Kawah Ratu sesuai surat edaran dari Badan Meteorologi.
“Kami sudah menerima surat edaran dari Badan Meteorologi dan kami sudah menutup akses jalur Puncak 1 dan jalur Kawah Ratu. Untuk masyarakat sudah ada edaran kewaspadaan dan tempat wisata masih ada yang buka tapi ga sepenuhnya karena posisi lokasi pusat gempa hanya sebagian,” jelas Sukiman, Selasa 12 Desember 2023.
Getaran gempa tektonik yang dirasakan warga dialami sebagian wilayah di kawasan tersebut yakni di wilayah utara Gunung Salak seperti Pamijahan, sebagian Leuwiliang, dan daerah sekitar Sukabumi.
Ketua Tim Kerja Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Kementerian ESDM, Ahmad Basuki, menerangkan tidak ada kaitannya gempa dengan aktivitas vulkanik. Saat ini aktivitas vulkanis masuk dalam kategori normal.
Baca juga : Iqbaal Ramadhan Tuai Hujatan Usai Nyanyikan Lagu Justin Bieber
“Untuk kondisi Gunung Salak saat ini tidak terekam adanya peningkatan gempa gempa vulkanik di level 1 dengan kata lain normal dengan rekomendasi masyarakat menjauhi 500 meter dari titik puncak gempa dikuatirkan terjadinya peningkatan,” kata Ahmad Basuki.
105 Rumah Rusak
Gempa yang mengakibatkan rusaknya 105 rumah di Kecamatan Pamijahan akibat sesar yang berdekatan dengan Gunung Salak. Hasil kajian gempa sesar itupun lebih mirip pada gempa swarm gempa akibat aktivitas vulkanik.
Untuk itu baik PVMBG dan BMKG menginstruksikan untuk tidak mendekati kawasan kawah yang dikuatirkan keluar gas-gas vulkanik yang mengancam keselamatan.
Gunung Api Salak merupakan salah satu Gunung api strato Tipe A dengan ketinggian ± 2210 mdpl.
Secara administratif berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, serta dipantau melalui Pos Pengamatan Gunung api (PGA) G. Salak di Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Erupsi terakhir G. Salak terjadi tahun 1938 berupa erupsi freatik dari Kawah Cikuluwung Putri.
Sejak itu kegiatan terakhir hanya berupa bualan lumpur di Kawah Ratu dan Kawah Hirup serta tembusan solfatara dan fumarol di Kawah Ratu.
Gunung Api Salak
Baca juga : Main di Film Siksa Neraka, Kiesha Alvaro Ogah Pacaran Lagi Takut Dosa Zina
Aktivitas Gunung Api Salak tidak mengalami peningkatan aktivitas vulkanik dan tetap berada pada Level I (normal) dengan rekomendasi PVMBG sebagai berikut:
Dalam tingkat aktivitas Level I (normal) masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak memasuki kawah dalam radius 500 meter dari kawah-kawah yang aktif di Gunung Salak (Kawah Ratu, Kawah Hirup dan Kawah Paeh), terutama di musim hujan, untuk menghindari terjadinya akumulasi gas yang berbahaya.
Badan Geologi akan terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) / Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat / Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor.
Masyarakat di sekitar G. Salak diharap tenang, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi G. Salak, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dan agar selalu mengikuti arahan dari BPBD setempat.
Untuk informasi dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (022) 7272606 di Bandung atau Pos Pengamatan G. Salak.
Tingkat aktivitas Gunung Salak dapat dievaluasi kembali jika terdapat perubahan aktivitas secara visual dan instrumental yang signifikan.(Acep Mulyana)