Tuesday, 26 November 2024
HomeKabupaten BogorWarga Naringgul-Puncak Ancam Golput

Warga Naringgul-Puncak Ancam Golput

Bogordaily.net – Warga Kampung Naringgul, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Puncak Kabupaten Bogor, mengancam golput pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) November 2024.

Mereka bertekad tidak akan memilih satu calon Bupati pun karena merasa sakit hati bangunan warung tempat usaha mereka dihancurkan pada Senin, 24 Juni 2024.

“Saya tidak akan milih siapapun. Saya sakit hati. Waktu Pemilu kemarin banyak caleg yang datang meminta dukungan suara, tapi sekarang mana, tidak ada nongol. Hanya janji-janji doang,” kata Eti (34 tahun), salah satu pedagang yang kiosnya dihancurkan di Kampung Naringgul, di samping Tugu Helikopter RE Martadinata, Puncak.

Sambil menangis tersedu, Eti mengaku bingung untuk menghidupi keluarganya. “Satu-satunya usaha saya hanya warung ini untuk membiayai keluarga. Tidak punya usaha lain. Mana sekarang anak-anak mau masuk sekolah lagi, semuanya sekolah. Coba dari mana biayanya,” ujar ibu berputra empat yang sehari-hari berjualan bakso ini.

Keluhan serupa dilontarkan Cicih (31 tahun). Sembari menggendong anak, ia dan anaknya tak henti-hentinya mengucurkan air mata menerima nasibnya.

“Tak Sudi. Saya dan semua warga di sini tidak akan milih di Pilkada. Sama saja bohong,” tukasnya.

Menurut Cicih, dirinya bersama Eti dan sejumlah PKL lainnya sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di Kampung Naringgul. “Orangtua saya dulu pegawai di PTPN Gunung Mas. Makanya diperbolehkan berdagang di lahan Gunung Mas. Setiap tahun juga kami bayar sewa ke Gunung Mas. Sekarang kalau dibongkar saya mau usaha apalagi. Pemerintah harus memberikan solusi terbaik untuk kami,” ungkapnya.

Padahal, kata Cicih, warungnya tidak berdiri di bibir jalan. “Parkiran luas, tidak mengganggu lalu lintas,” ucap dia.

Baik Eti maupun Cicih mengaku telah mendapatkan kios di Rest Area Gunung Mas. Mereka sebetulnya mau berjualan di Rest Area asalkan ramai pembelinya.

“Bukan kami menolak pindah ke Rest Area, tapi kami berapa kali pindah dan mencoba mengisi kios di sana. Tapi sepi. Seribu perak pun tidak ada pemasukan karena sepi pengunjung. Kalau sudah begitu darimana pemasukan kami. Sampai kapan pun kami tidak akan mau ke Rest Area kalau masih sepi,” tandas mereka.***

(Acep Mulyana)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here