Bogordaily.net – Usai menghadiri Festival Kampung Arab di Empang, Kota Bogor, istri calon wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Yantie Rachim mendatangi warung Nasi Uduk Kaum 58.
Dalam keterangan video yang diunggah di akun Instagram, Yantie menjelaskan jika warung Nasi Uduk Kaum 58 merupakan langganan sang suami, Dedie A Rachim.
“Ternyata Kang Dedie sering makan di sini,” tulisnya dikutip Bogordaily.net, Kamis 14 Oktober 2024.
Seperti diketahui, warung makan Nasi Uduk Kaum 58 ini cukup legendaris karena sudah ada di Kota Bogor sejak tahun 1890. Meski usianya sudah 134 tahun, tapi kualitas nasi uduk dan lauk di sini tak pernah berubah sejak dulu karena selalu menggunakan resep autentik.
Sebelum mencicipi aneka makanan yang tersaji di Nasi Uduk Kaum 58, Yantie Rachim sempat berinteraksi dengan sejumlah warga yang tengah makan.
“Enak ya? Enak banget lihat nasi uduknya. Sudah terkenal ya dari dulu?” tanya Yantie kepada sejumlah warga
Ia pun bertemu dengan pengelola Nasi Uduk Kaum 58, Fairus. Kepada Yantie, Fairuz membenarkan jika warungnya memang sudah ada sejak tahun 1890.
“Awalnya memang dari uyut ibu saya, lalu diteruskan ke tante-tante dan mama, terus sampai sekarang,” kata Fairus yang merupakan cicit.
Yantie kemudian menjelaskan karena lokasi berada di Empang, jadi pemiliknya masih keturunan Arab. “Semoga berkah ya bu,” kata Yantie mendoakan.
Sementara itu, Nasi Uduk Kaum 58 ini berlokasi di Jalan Masjid 1, Empang, persisnya berada di belakang Masjid Agung At-Thohiriyah.
Jika dilihat dari sejarahnya, Nasi Uduk Kaum 58 dulunya dikenal dengan nama Nasi Uduk Ibu Itjoen yang berjualan di tahun 1890. Kemudian saat dikelola generasi kedua namanya berubah menjadi Nasi Uduk Euceu Djuriah di tahun 1920.
Lanjut di generasi ketiga namanya menjadi Nasi Uduk Ibu Cae dari tahun 1993-2021. Baru dilanjutkan oleh generasi sekarang dengan nama Nasi Uduk Kaum 58.
Berbeda dengan nasi uduk lainnya, proses pembuatan nasi uduk di sini cukup lama bahkan prosesnya hampir memakan waktu lebih dari 12 jam.
“Dari malam beras sudah kita rendam, besok paginya kita angkat baru dimasukin ke dandang dan dikasih santan. Itu santannya juga kita kasih pandan, sereh, dan garam agar rasanya menyerap ke nasi. Jadi kalau nasi uduknya habis kita tidak bisa buat dadakan,” ujar Laela Garwi, salah satu karyawan sekaligus juru masak di Nasi Uduk Kaum 58.
Selain nasi uduknya yang menjadi menu utama, aneka lauk pendamping juga tak kalah menggoda selera. Setiap hari ada 15 jenis lauk yang berbeda. Untuk harga bisa terbilang murah karena harga nasi uduknya saja hanya Rp5 ribu. Sedangkan harga lauk ya beragam mulai Rp3 ribu sampai Rp15 ribu.***