Monday, 23 June 2025
HomeViralMotif MR Bikin Grup FB Fantasi Sedarah Terungkap, Polisi Temukan Bukti Mengejutkan

Motif MR Bikin Grup FB Fantasi Sedarah Terungkap, Polisi Temukan Bukti Mengejutkan

Bogordaily.net – Motif MR membuat Grup (FB) Fantasi Sedarah terungkap setelah polisi menangkapnya.

Pagi itu, saat Kota Bandung belum benar-benar terbangun, beberapa mobil tanpa tanda khusus berhenti di sebuah gang kecil di Babakan Ciparay. Diam-diam. Tanpa suara.

Seperti ingin menangkap sesuatu yang selama ini hanya hidup di dunia maya, tapi kini akhirnya menampakkan wujud manusianya.

MR, pria yang konon pendiam dan lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar ponsel, tak menyangka subuh itu menjadi akhir dari “kerajaan kecil” yang ia bangun sejak Agustus tahun lalu.

Sebuah grup bernama Fantasi Sedarah. Sebuah nama yang ketika terdengar pun sudah cukup membuat bulu kuduk berdiri. Apalagi isinya.

Ya, grup itu . Tapi bukan karena kebaikan. Justru karena kebusukan yang pelan-pelan mencuat ke permukaan.

Grup itu diikuti oleh puluhan ribu orang, tersebar di seluruh Indonesia. Isinya: konten asusila, yang lebih buruk lagi—melibatkan anak di bawah umur sebagai objek.

Ia bukan selebritas. Bukan pula orang terkenal di dunia digital. Tapi ia paham betul satu hal: ada pasar gelap yang masih sangat hidup di media sosial. Dan ia ingin menjadi pelayannya. Bahkan lebih jauh: pemimpinnya.

Motif MR membuat (FB) Fantasi Sedarah pun terbongkar setelah penyidik menyita ponselnya. Dari situ ditemukan ratusan foto dan video yang tidak pantas untuk ditonton, apalagi disebarkan.

Tapi di situlah letak masalahnya: justru foto dan video itu ia bagikan. Dan lebih parah: ia nikmati.

MR mengaku motif pertamanya adalah kepuasan pribadi. Fantasi yang menyimpang, yang selama ini mungkin ia pendam sendiri, akhirnya ia salurkan ke dalam grup itu.

Namun motif keduanya jauh lebih berbahaya: ia menciptakan ekosistem, tempat orang-orang dengan kelainan yang sama bisa berkumpul dan bertukar konten. Tanpa malu. Tanpa takut.

Yang mengejutkan, MR tidak sendirian. Dalam waktu singkat, polisi mengamankan lima orang lainnya. Mereka semua terhubung dalam jaringan yang sama.

Beberapa di antaranya bahkan menjadikan grup itu sebagai lahan bisnis. Menjual konten yang mestinya dikutuk seluruh umat manusia, hanya demi sejumlah uang.

Itulah kenyataannya. Sebuah sisi gelap dari media sosial yang selama ini tak banyak dibicarakan.

Kini grup itu sudah dibubarkan. Enam tersangka sudah ditetapkan. Tapi pertanyaan terbesar masih menggantung: berapa banyak grup seperti ini yang belum terdeteksi? Dan berapa banyak MR lain yang masih berkeliaran dengan ponsel di tangan dan niat buruk di kepala?

Kasus ini bukan sekadar soal kejahatan digital. Ini soal krisis moral. Soal bagaimana teknologi yang mestinya mendekatkan manusia justru bisa menjadi alat penyebar kebejatan.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here