BOGOR DAILY-Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bakal mengintegrasikan Stasiun Bogor dengan Alun Alun Kota Bogor. Saat ini masih dalam proses pembanguan dan Pemkot sudah menyiapkan empat alternatif desain bakal rencana integrasi Stasiun Bogor dan Alun-Alun Kota Bogor. Dari desain yang sudah ada sebelumnya, ada banyak perbedaan yang terjadi.
Sehingga Pemkot menyiapkan kembali desain baru. Pertama adanya underpass, tidak menggunakan underpass, lalu desain tidak menggunakan underpass namun ada rerouting yang diatur, lalu rencana keempat adalah menggunakan flyover. Keempat rencana itu yang harus disamakan kembali presespsinya.
“Secepatnya kita MoU tentang penanganan kawasan terintegrasi di sekitar Stasiun Bogor. Pemkot dan Dirjen Perkeretaapian nanti akan melakukan konsolidasi internal dulu,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Hanafi.
Meski begitu, Hanafi memastikan, konsep yang ada nanti tak meninggalkan kesan heritage yang sudah melekat di kawasan itu. Hanya tinggal menyesuaikan program Dirjen Perkeretaapian yang juga sedang membangun rel ganda (double track) Bogor-Sukabumi.
Begitupun soal skema pembiayaan. Dalam rapat lanjutan, Pemkot juga mengundang pihak terkait lainnya. Baik dari tingkat pusat dan provinsi.
“Tadi ada dari Bapenas, PT KCI, PT KAI, Dinas Perhubungan Jawa Barat, Dirjen Perkeretaaapian, Balai Besar Jawa Barat, Jakarta dan Banten. Jadi lengkap semua,” jelas Hanafi lagi.
Namun yang jelas, konsep yang ada tidak meninggalkan sejarah yang ada di kawasan Stasiun Bogor. Apalagi disana, didominasi bangunan cagar budaya. Sehingga hal itu tidak boleh hilang.
“Jadi harus terintegrasi, kita sudah bertemu dan samakan persepsi. Semua lembaga yang di Dirjen Perhubungan kita libatkan. Supaya sama – sama bekerja dan bekerjasama,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Bappeda Kota Bogor Rudi Mashudi menegaskan rencana integrasi Stasiun Bogor ini membutuhkan koordinasi banyak pihak, mulai dari Bapenas, Dirjen Perhubungan, Balai Perkeretaapian Jawa Barat hingga Balai Perkeretaapian Jakarta-Banten.
“Kita kan sedang mau bangun Alun-Alun hingga Masjid Agung terintegrasi Stasiun Bogor, kita sih berharap ini masuk PSN, jadi biaya bisa dari pusat,” katanya.
Sejauh ini, pada rapat terakhir membahas empat alternatif pembangunan dalam integrasi kawasan Stasiun Bogor ini, dari sisi perencanaan dan teknis.
“Alternatif pertama, kita buat underpass di Jalan Kapten Muslihat. Untuk menghindari perlintasan sebidang kereta. Kedua, ditutup pas jalur rel-nya. Dibuat frontage jalan antar (jalan) Muslihat dan Paledang,” ujarnya.
“Ketiga ditutup. Jalan Kapten Muslihat dari Jalan Dewi Sartika ke depan kantor PLN, dibuat plaza besar. Dibuat pertigaan lah di (Jalan) Mayor Oking. Keempat dibuat fly over disitu. Ada satu alternatif lagi tapi kita belum respon,” ucap Mantan kabid Perizinan Pemanfaatan Ruang DPMPTSP Kota Bogor.
Dalam rapat terakhir tersebut, kata dia, disampaikan plus minus dari berbagai alternatif itu.
Pemkot sendiri berharap agar integrasi kawasan ini tidak banyak merubah lingkungan dan tetap mengacu pembangunan berkelanjutan. Tidak merubah estetika stasiun dan rencana Alun-Alun Kota Bogor.
Ia mengakui, dari berbagai alternatif, yang paling memungkinkan buat Kota Bogor yakni opsi ketiga membangun plaza besar untuk integrasi stasiun.
Selain tidak banyak merubah lingkungan dan estetika kawasan, biaya pembangunannya pun diperkirakan lebih terjangkau.
“Misal underpass, kendalanya ada utilitas, perlu nebang pohon. Sama seperti kalau buat Fly Over juga begitu. Secara estetika nggak bagus disitu. Kalau plaza nggak terlalu banyak pembangunan. Tapi memang tugas kita untuk merekayasa lalu lintasnya (karena ditutup jadi plaza),” jelas Rudi.
Meski begitu, ia memastikan belum ada keputusan pasti soal opsi mana yang dipilih. Opsi-opsi tersebut dibagikan ke para stakeholder untuk ditindak lanjut.
“Apalagi kita kan nanti ada alun-alun, Masjid Agung. Kita berharap ini masuk PSN dengan biaya dari pusat. Paling realistis plaza seperti depan balai kota, tempat orang jalan kaki. Akan lebih banyak untuk pelajan kaki dan Ruang Terbuka Hijau (RTH),” tutupnya. (**)